34. Ferdinand Alvaro Mahardika

2.3K 180 9
                                    

Sebelum baca, di usahakan untuk Follow juga Vote yuk. Dan setelah membaca di usahakan juga buat komen, karena satu Vote satu followers serta satu komentar itu sangat berharga buat aku pribadi :)

Happy Reading Guys ... 💖

• • •

"Kok ... Gak ada ya?"

Sepasang bola mata hitam pekat ikut melirik sejenak kearah sosok cewek di hadapannya tengah sibuk dengan satu ponsel di genggamannya.

"Nomor Kak Dhafa kok--"

Arjuna kembali mengangkat sebelah alis tebalnya, pandangan yang sibuk kepada laptop di depan kini pandangan itu harus melirik lagi pada Anaya yang sendari tadi bergumam dan mengeram tak jelas.

"Kamu ... Tadi jadi ngechat Kevin?"

"Heemm."

Semilir angin perlahan menerpa seluruh wajah cantik itu dengan lembut, helaian rambut ikut terhempas beriringan.

Suara helaan nafas secara perlahan membuat Arjuna sesekali menyergai penuh dengan kemenangan, kali ini ia berhasil melakukan satu hal tanpa diketahui oleh cewek itu.

Sejak satu jam yang lalu saat ini kedua remaja itu terlihat tengah bersantai di sebuah area taman belakang yang luas dan indah, taman sejuk penuh dengan bunga serta tanaman juga kolam berenang besar juga satu kolam kecil untuk ikan menghiasi taman luas itu.

Anaya terbelalak beberapa kali, bahkan berdecap kagum untuk ke sekian kalinya ketika ia melihat betapa indahnya taman belakang di rumah Arjuna. Entah kenapa cowok itu membawanya kesini sedangkan Mamahnya serta Karina berada di dapur tengah bergelut dengan masakan makan siang yang akan mereka hidangkan untuk mereka, Anaya merasa sangat senang ketika Arjuna mengajaknya untuk ke rumah cowok itu namun ada satu hal yang sedikit mengganjal di hatinya saat ini. Ia sedikit mengkhawatirkan seseorang yang entah tengah menunggunya atau tidak dan tak lain adalah Dhafa.

"Gue ada di sini, itu belum cukup buat lo?" satu pertanyaan terlontar begitu saja dari mulut Arjuna.

Kedua pasang mata retina abu-abu itu melirik sebentar, pada lawan bicaranya yang pandangannya itu masih setia kepada laptop bermerek di hadapannya.

"Kenapa?"

Kenapa katanya? Arjuna berdecih mendengarnya, ia menatap pekat manik abu itu sekarang.

"Sibuk banget sih main in hape nya?"

Anaya tercengang mendengarnya.

"Gak salah dengar aku?" tanya Anaya dengan nada tak percaya sama sekali.

Cowok itu malah mendelik, lalu kembali berkutat dengan laptop tersebut. Sejak dua puluh menit Anaya berada di samping cowok itu yang sibuk dengan pekerjaannya Anaya tak protes walaupun ia 'dikacangi' tapi sekarang? Lihatlah, cowok itu malah kesal karena Anaya terlalu sibuk dengan ponsel.

"Hey ... Kamu tuh yang sibuk banget sama laptop sialan itu," sindiran itu berhasil memancing retina cokelat pekat itu melirik tajam.

"Gue sibuk karena gue ada kerjaan." balas Arjuna ketus.

"Aku juga ada kerjaan kok," cela Anaya santai.

"Kerjaan ngechatin seseorang tanpa sepengetahuan gue, gitu?"

"Maksud kamu apa?"

"Gak." balas Arjuna singkat, ia enggan lagi untuk bicara ketika melihat cewek itu sudah merasa terpancing emosi.

"Hey ... Maksud kamu apa?" tanya Anaya yang sudah merubah posisi duduknya kini menjadi di samping Arjuna, cowok itu tak berkutik dan masih mencoba fokus pada laptopnya ketika Anaya malah menarik-menarik lengannya untuk berhenti dengan pekerjaan di laptop tersebut.

"Maksud kamu apa dulu, bilang kaya gitu?"

"Diam Ay! Gue sibuk, jangan ganggu." ungkap Arjuna datar.

"Sibuk? Kamu itu ngerjain apa sih?" tanya Anaya mengerang.

"Kamu cuekin aku, aku gak protes tuh. Tapi sekarang giliran aku mau masuk ke dunia aku sendiri kamu protes," cetus Anaya.

"Diam! Gak lihat kalau gue lagi ngerjain apa?"

Anaya berdecih di tempatnya, lalu ikut memandang layar monitor persegi itu di hadapannya. Hanya sebuah file surat perizinan, gumamnya.

"Sok sibuk!" desis Anaya pelan, desisan itu berhasil terdengar dan ia pun langsung mendapatkan tatapan tajam oleh lawan bicaranya yang sudah siap menerkam.

Cewek itu malah berdehem kecil, kemudian kembali membuka mulut.

"Buat apa sih, kita kan udah libur sekolah masa masih ada tugas lagi?" tanya Anaya.

"Bisa baca yang benar gak?"

Cewek itu mendelik sinis mendengarnya, lalu memicingkan kedua matanya menatap lagi layar monitor laptop itu.

"Kamu bikin surat perizinan buat apa?"

Suara helaan nafas pelan terdengar, sedikit menerpa samping telinga Anaya yang membuatnya bergidik geli.

"Ajuan dan Perizinan, buat nanti kegiatan akhir semester minggu depan," balas Arjuna malas.

Kerutan dahi terlihat jelas, ketika Anaya malah menyergit tak paham.

"Buat?"

"Ada Perkemahan akhir tahun semester." jawab Arjuna.

"Camping Trip maksudnya?"

"Heemm."

"Kita akan ada Camping Trip minggu depan?"

"Heemm."

"Sekolah kita?" tanya Anaya yang terlihat sudah menahan antusiasnya.

"Iya, Anaya!"

Hening seketika, Arjuna menoleh sebentar pada cewek itu yang malah diam tak seantusias sebelumnya. Gelengan kepala ia lakukan ketika Anaya masih bungkam di tempatnya, tak bersuara lagi rupanya.

"Kenapa dia--"

"YEEEEEYYYYYY ... CAMPING ....!!!"

Arjuna melonjak kaget mendengarnya, suara nyaring nyaris membuat indra pendengarannya tak berfungsi lagi karena jeritan histeris cewek itu memekakkan telinganya.

"Setiap tahun juga sering dilakasanain, lo nya aja yang baru Update." cibir Arjuna.

Anaya bersorak heboh di tempatnya, berjingkrak-jingkrak layaknya bocah SD yang baru saja diberikan pengumuman oleh gurunya.

Arjuna merasakan 'Rumahan Gazebo' nya bergerak, karena hentakan Anaya yang masih heboh diatas sana membuat cowok itu memijat pelipisnya pening.

"Diam Ay," pinta Arjuna.

Tetapi permintaan itu tak di dengar oleh cewek 'bar-bar' itu yang masih saja berjingkrak-jingkrak.

"Ay, Aya," ujar Arjuna mulai pening dengan ulah Pacarnya ini.

"Ay, diam dulu sebentar bisa kan?"

"Yeeeeyyyyyy ....!!!"

Anaya yang masih heboh itu terus bersorak senang, sampai ia tak mendengar sama sekali Arjuna menyuruhnya untuk diam dan duduk kembali.

"ANAYA, DUDUK!"

Anaya terkejut ketika sebelah tangannya ditarik kasar oleh seseorang dan memaksa mendudukkan bokongnya lagi di tempat semula, Anaya terbelalak kaget ketika Arjuna mengeram.

"Diam bisa kan lo?"

Melihat Arjuna seperti menahan emosi yang tertahan untuknya, Anaya diam mengerucutkan bibirnya.

"Diam! Kalau lo gak bisa diam, kerjaan gue gak akan pernah selesai." tandas Arjuna sedikit emosi, Anaya bungkam beberapa saat.

Cowok itu mendelik sekali lagi ketika Anaya malah memicing tajam, kesepuluh jarinya langsung kembali berkutat pada keyboard laptop dan sibuk dengan pekerjaannya.

Beberapa menit berlalu Anaya menghela nafas bosan, sesekali melirik Arjuna masih saja fokus serta sibuk dengan laptopnya sementara Anaya merasa jengah dan bosan ia tatapi mangkuk-mangkuk kosong di atas meja yang awalnya berisi banyak camilan yang penuh kini tinggal hanya mangkuk kosong tanpa isi sama sekali, ia edarkan pandangannya mengamati seluruh sudut luas taman di samping kanan dan kirinya.

Most Wanted Boy In The School (Arjuna Story)✅END √√√Where stories live. Discover now