12. Jealous?

5.2K 281 2
                                    

Sebelum baca, di usahakan untuk Vote yuk. Dan setelah membaca di usahakan juga buat komen, karena satu Vote serta satu komentar itu sangat berharga buat aku pribadi :)

Happy Reading Guys ... 💛

• • •

Tepat pukul tujuh pagi, hilir lalu lalang murid-murid SMA Pancasila telah ramai datang ke sekolah elite serta terfavorite yang terletak di Jakarta Selatan.

Sekolah yang memfasilitasi banyak sarana prasarana serta memiliki segudang guru berprestasi maka tak heran jika sekolah SMA Pancasila menjadi sekolah paling di minati oleh para kaum kalangan atas, memiliki lapangan yang luas, perpustakaan, aula megah, laboratorium, uks, serta berpuluh-puluh kelas, dan lainnya terjamin standar akan sekolah yang di cap paling dimintai oleh siapa pun.

Terkenal dengan peraturan yang ketat serta ke disiplinan di utamakan membuat sekolah itu semakin populer, hanya orang berada saja yang dapat bersekolah di situ tapi ada juga siswa-siswa dari kalangan menengah berhasil masuk ke dalam sekolah populer itu dengan jalur prestasi alias Bea Siswa.

"Kak Dhafa,"

Suara teriakan seorang cewek terdengar nyaring di lorong sekolah, sang empu yang mempunyai nama menoleh ke belakang lalu pandangannya melihat sosok cewek tengah berlari pelan kepadanya.

"Selamat pagi, Kak," sapanya cengengesan menampilkan deret gigi putih tersusun rapih.

"Selamat pagi juga, Anaya." balas cowok itu.

Anaya-sosok cewek itu, cengengesan menatap Dhafa dengan tingkah laku aneh membuat cowok tersebut tertawa renyah dan mengangkat sebelah alisnya memandang Anaya.

"Mau ngasih, sarapan lagi?"

Anaya tertawa geli, ia pun menggelengkan kepalanya pelan masih cengengesan tak jelas membuat Dhafa merasa malu ketika berpapasan dengan murid-murid SMA Pancasila berlalu lalang melewati mereka, karena saat ini mereka berdua berada di lorong utama menuju kelas.

"Terus apa?" tanya Dhafa heran, masih mencoba tersenyum. Anaya, cewek konyol itu di buat salah tingkah oleh Dhafa.

"Mau, bareng sama Kakak ke kelasnya boleh?"

Dhafa menyergitkan kedua alisnya menjadi sebuah kerutan bergelombang di keningnya.

"Ini kan, jalur lorong utama sekolah, jadi tujuan kita sama menuju kelas kan?" tanya Dhafa, membuat cewek kikuk itu kembali menyegir kuda.

Dhafa gemas sekali dengan tingkah Anaya yang semakin hari terlihat semakin konyol, walaupun begitu jujur, Dhafa menyukainya. Hingga satu tangan kanannya terulur pada pucuk kepala Anaya dan mengacak rambut cewek itu yang semakin salah tingkah, Anaya baper. Merasa dirinya terbang bersama kupu-kupu dalam hatinya karena Dhafa mengacak-acak rambutnya dengan lembut, semua cewek pun akan berpikir seperti Anaya saat rambutnya di acak-acak lembut oleh orang yang ia sukai.

"Ayo," ajak Dhafa, lalu ia melangkah mendahului Anaya yang masih menahan nafas hampir menjerit histeris atas apa yang Dhafa perlakukan padanya.

"Anaya ...,!"

Anaya tersadar, ia melonjak kaget saat Dhafa kembali berbalik dan memanggil namanya.

"i-iya Kak." seru Anaya, ia hampir melompat-lompat di tempat dan langsung menghampiri Dhafa berjalan berdampingan membuat seluruh pasang mata menatap kearah mereka berdua.

"Kakak, udah sarapan?" tanya Anaya melirik Dhafa, yang masih berjalan beriringan di sampingnya.

"Bisa nggak, gak usah panggil Kakak? Kitakan satu angkatan," tanya Dhafa memandang Anaya.

Most Wanted Boy In The School (Arjuna Story)✅END √√√Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz