00

380K 14K 1.4K
                                    

Anindya Batari, wanita berusia dua puluh dua tahun yang tinggal berdua oleh bayinya, tanpa suami. Sehari-harinya ia bekerja di toko bunga. Bayinya yang masih kecil ia titipkan pada tetangga, Bu Lila.

Ia memilih mengasingkan diri dari kota Jakarta ke kota Semarang, kota kelahirannya, bersama anaknya.

Jika bertanya kemana keluarga Anin, tentu saja jawabannya tidak tahu. Sejak kecil Anin sudah hidup di panti asuhan namun semenjak ia tamat SMA, Anin memilih keluar karena merasa sudah cukup dewasa untuk mencari uang sendiri.

Siapa sangka, keluarnya Anin dari panti asuhan ia langsung mendapat pekerjaan menjadi office girl di perusahaan besar. Meskipun ia menjadi OG namun gaji yang diterima sudah lebih dari cukup untuk membayar kontrakan dan biaya makannya.

Dua bulan sudah ia lewati untuk bekerja. Setiap pagi datang ke kantor lalu membersihkan ruangan dan membuatkan minuman untuk para karyawan.

Meskipun masih tergolong baru, Anin yang memang mempunyai paras cantik serta manis membuatnya viral di kalangan karyawan-karyawan. Banyak yang menyukainya namun tak pernah ia gubris. Ia ingin memperkaya dirinya dulu lalu mulai memikirkan soal asmara.

Adi, Dadang, Melati, dan juga Reni menjadi teman dekatnya karena satu profesi. Setiap kali istirahat, mereka selalu bersama-sama menuju warung makan yang tak jauh dari kantor tempatnya bekerja.

Bercerita, bercanda dan saling mengejek mampu membuat hidup Anin berwarna. Setiap kali ia merasa kosong, mereka selalu menghiburnya dengan candaan-candaan garing.

Kehidupannya yang tenang dan menyenangkan berakhir tatkala ia bertemu seorang lelaki berperawakan tinggi dengan paras seperti para model Hollywood. Yang lebih sialnya lagi, ia menumpahkan kopi hitam di kemeja lelaki itu sehingga membuat kemeja yang awalnya putih bersih berubah menjadi hitam di beberapa bagian.

Seperti orang pada umumnya, lelaki itu meminta pertanggung jawabannya dengan mengganti yang baru. Anin yang tidak mempunyai uang itu memelas pada lelaki tersebut.

Akhirnya, lelaki itu mau memaafkan Anin dengan syarat harus datang ke club Jina. Anin yang tidak tahu harus bagaimana langsung mengiyakan permintaan tersebut.

Malam datang, ia memasuki club dengan pandangan bingung seraya menutup hidungnya. Semua orang di sana menatap heran Anin yang datang dengan menggunakan dress hitam di bawah lutut namun mereka langsung mengabaikannya dan melanjutkan kegiatan yang tertunda tadi.

Anin mengedarkan pandangannya mulai mencari dimana sosok tersebut duduk. Anin menemukan lelaki itu sedang duduk di pojok dengan ditemani oleh beberapa orang lelaki yang tengah bercanda seraya meminum bir.

Anin menghampiri lelaki tersebut lalu menunduk tidak nyaman karena ditatap aneh oleh beberapa pasang mata. Lelaki tersebut mensilahkan Anin untuk duduk di sebelahnya.

Setelah beberapa lama, Anin akhirnya mengetahui siapa nama lelaki tersebut, Daniel. Anin terus diam sampai pada akhirnya ia melihat seorang lelaki yang tak kalah tampan eum bahkan jauh lebih tampan dari Daniel menghampiri tempat duduknya.

"Siapa bro? Mainan baru?" Kekehan kecil terdengar sesaat lelaki tampan tersebut berucap. Anin yang tak mengerti memilih untuk diam saja.

"Shit, dia anak baik-baik yang tak sengaja menumpahkan kopi ke kemeja ku," sahut Daniel yang menatap sekilas ke arahku.

"Benarkah?" Tatapan sinis Anin dapatkan dari lelaki tampan tersebut. Anin menundukkan kepalanya semakin dalam dengan jari yang saling bertaut dan berkeringat dingin, merasa di intimidasi.

"Tumben kesini Bry, ada masalah apa?" Tanya lelaki di sebelah Daniel yang Anin ketahui bernama Ardi.

"Gak ada, cuman lagi suntuk sama orang rumah."

Ich Liebe Mama! ✓ [END]Onde histórias criam vida. Descubra agora