30

90.5K 5.4K 87
                                    

Sebelumnya aku mau ngucapin banyak-banyak terima kasih sama kalian yang udah mau baca dan komen🙏🙏😘 aku ga nyangka kalo ceritaku bakal masuk rank acak no 2 :") pokoknya makasih banyak dan maaf juga kalo aku Hiatus sebulan🙏🙏

-♥️

"Mas, ini apa?" Anin mengangkat kertas yang tertempel di jendela kemudi mobil. Ia membaca tulisan di kertas itu dengan suara nyaring.

Hai, salam kenal ya.
Lovely, 0813xxxxxxx
Instagram aku @lvly_yyyyyyy
♥️

"Ih! Apa sih ini?! Bisa-bisanya ada perempuan kayak gitu!" Bryan mendekati Anin yang berada di samping mobil. Ia melongok sedikit membaca tulisan rapi di dalam kertas tersebut.

Bryan menatap istrinya dengan bingung. "Aku nggak tau, sayang. Beneran!" Bryan yang tidak tahu apa-apa mencoba meyakinkan istrinya. Ia tidak habis pikir dengan perempuan murahan seperti ini yang menempel kertas berisi nama dan nomor ponsel.

Anin menatap Bryan tajam, "Pokoknya sampe kamu nelpon atau follow si Lovely, gak ada jatah setahun kedepan!"

Anin memasukan kertas tersebut ke dalam tas dan memasuki mobil dengan Elea yang ada di gendongannya. Bryan memejamkan matanya saat mendengar bantingan pintu mobil yang keras.

"Jangan banting pintu, nanti Elea kaget." tegur Bryan dengan nada lembut tak mau istrinya tersinggung. Anin menatap anaknya yang tertidur pulas di dalam pelukannya, tangannya terulur untuk mengusap rambut tebal Elea.

"Jalan." titah Anin dengan menatap lurus ke depan.

Bryan menghela nafas. Ia menuruti perintah istrinya dan menjauhi restoran tempatnya bertemu dengan klien. Ya, Bryan mengajak istrinya dan Elea bertemu dengan klien yang sebenarnya adalah teman lama, Rudi. Rio ditinggal di rumah karena anak itu tidak mau di ajak keluar rumah. Takut Corona katanya.

Anin keluar dari mobil dengan menggendong Elea, meninggalkan Bryan yang memberi kunci mobil ke satpam untuk diparkir.

"Assalamualaikum, Riooo! Mama pulang!" Anin memberi Elea ke susternya untuk segera dibersihkan. Ia mencuci tangannya dan segera mencari dimana keberadaan Rio.

Tangan Anin dicekal oleh Bryan yang menatapnya tajam. Ia diseret naik ke tangga menuju kamar mereka. Bryan menutup pintu dan menguncinya.

Anin duduk di kasur, menatap Bryan dengan malas. Mood-nya sedang turun saat ini ditambah ada surat dari si Lovely-Lovely itu.

"Apa sih?" tanya Anin dengan mengambil secarik kertas di dalam tasnya.

"Kamu yang apa. Kenapa diemin aku? Aku nggak tau apa-apa sama si Lovely itu, sayang." ucap Bryan dengan gemas.

"Bodo amat. Aku mau kamu cari si Lovely itu sampe dapet terus seret ke depan aku. Minggiran sana, aku mau mandi."

"Bareng."

Saat ini mereka sedang makan malam bersama. Rio memandang kedua orang tuanya yang sedang fokus makan. Tak biasanya mereka seperti ini. Biasanya mamanya akan menceritakan banyak hal tentang kegiatannya hari ini dan Bryan akan menanggapi dengan anggukan atau menimpali perkataan Anin.

"Emm... Mama tadi manggil Rio?"

Anin menghentikan makannya dan menatap anaknya, "Iya, tadi baby dimana?"

"Rio di taman belakang tadi, ma. Mama kenapa manggil Rio?"

"Cuman mau liat muka baby aja. Udah ah lanjut makan dulu,"

Rio menuruti perkataan mamanya dan melanjutkan makan yang tertunda. Mereka selesai dan langsung masuk ke dalam kamar masing-masing. Sebelum itu Rio mengecup kedua pipi papa dan mamanya.

Anin bersiap tidur setelah selesai menyusui Elea dan menaruhnya di dalam box samping tempatnya tidur. Ia menarik selimut sampai batas dada dan memejamkan matanya.

Bryan keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan boxer dan bertelanjang dada. Bulu-bulu halus yang tumbuh di sekitar dada membuatnya semakin maskulin dan menggoda.

Bryan membaringkan tubuhnya menghadap Anin yang sudah memejamkan matanya. Tangannya terulur memeluk pinggang istrinya yang kembali ramping.

"Maaf ya meskipun aku nggak tau salah ku apa mungkin mood kamu lagi nggak bagus hari ini. Sleep tight, baby." bisik Bryan lalu mengecup pelipis Anin.

Ia kembali ke tempatnya dan berbaring menatap atas. Bryan memejamkan matanya dan akan segera terlelap namun ia merasakan ada tangan berada di pinggangnya. Lengannya juga berat sebelah. Bryan membuka sebelah matanya dan mengintip siapa gerangan. Istrinya ternyata.

"Maaf juga." ucap Anin di lekuk leher Bryan.

"Mood aku nggak bagus hari ini. Kamu tau sekretarisnya Rudi tadi? Dia itu suka kamu! Dari tatapan matanya juga semua orang tau dia suka sama kamu terus tadi pas aku ke toilet dia ngikut terus ngancem aku katanya dia bakal ngerebut kamu..." Anin merasakan suaranya tercekat dan matanya berair. Ia membenarkan posisi kepalanya di lekukan leher suaminya dan mengeratkan pelukan tangannya.

"Terus tadi apa? Si Lovely ngasih surat kayak gitu. Murahan banget sih hiks," runtuh sudah pertahanan Anin. Ia menangis di leher Bryan. Ia tahu suaminya belum tidur buktinya lelaki yang sudah sah menjadi suaminya mulai membalas pelukannya dan membawanya ke atas tubuh lelaki itu.

Bryan menangkup wajah Anin dengan kedua tangannya. Ia mengecup bibir Anin sebentar.

"Aku nggak bakal pergi dari kamu dan masalah Lovely aku udah telpon orang kepercayaan aku buat nyari dia, aku boleh foto surat tadi?"

Anin mengangkat kepalanya dan menatap tajam Bryan dengan matanya yang masih basah oleh air mata. "Mau apa?"

"Biar Joy gampang nyarinya dan nyeret perempuan itu ke hadapan kamu, sayang. Aku nggak bakal ngapa-ngapain."

"Aku aja yang foto terus ngirim ke Joy." Anin bangkit dari tubuh Bryan dan mulai membuka tasnya tadi yang masih ia simpan di atas nakas.

"Okeeyyy, terserah kamu."

"Kamu nggak ikhlas?"

"Ikhlas, sayang." Bryan gemas sekali dengan istrinya malam ini.

"Awas kamu, ya."

Bryan menyunggingkan senyuman sambil mengangguk meyakinkan istrinya.

"Apa pake senyum-senyum?"

"Nggak sayang, udah ah sana foto biar Joy cepet nyeretnya."

"Iya, sabar."

___

Haii, seperti yang udah aku bilang di atas aku banyak-banyak makasih sama kalian🙏 dan kalo kalian ada saran konflik bisa DM aku yaaa

Yuk like dan komen

Ich Liebe Mama! ✓ [END]Where stories live. Discover now