33

90K 5K 157
                                    

Vote + komen"

___

"Halo, pak? Saya menemukan dimana keberadaan anak bapak. Bapak bisa datang ke lokasi GreenLas. Sebaiknya, bapak membawa polisi namun jangan mencerminkan jika itu adalah polisi agar mereka tidak curiga, pak."

Bryan menghembuskan nafas lega. Pasalnya sudah delapan jam sejak hilangnya Rio dan akhirnya jam sebelas malam ditemukan.

"Baik, terima kasih, Joy." Bryan menutup teleponnya dan bergegas memberi tahu istrinya yang sekarang pasti sedang menangis di kamar anak mereka.

Bryan membuka pintu kamar Rio dan mendapati Anin tengah meringkuk memeluk guling dan bantal Rio. Punggungnya bergetar dengan isakan yang terdengar pelan. Bryan mendekati istrinya lalu duduk di sampingnya.

"Sayang, Joy udah nemuin titik dimana Rio dibawa." Anin membuka matanya dan menatap suaminya dengan berlinang air mata. "Yang bener, mas? Ayo! Ayo kita jemput Rio, mas! Ayo! Kamu kok diem aja sih? Hiks, ayo jemput anak kita. Hiks,"

Anin menarik tangan Bryan yang masih setia duduk di kasur Rio. Anin jatuh tersimpuh. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Bryan yang tak tega ikut berjongkok dan memeluk istrinya.

"Kamu jangan nangis gini. Biar aku aja yang kesana, kamu di rumah aja nemenin Elea."

Tringgg~

Ponsel Bryan berbunyi. Dengan segera ia mengangkatnya tanpa melihat siapa penelpon tersebut.

"Ya, halo Joy? Saya segera kesana seperti yang kamu bilang."

"Wow wow kalem bro," Bryan mengernyit, ia melihat siapa penelpon tersebut dan tidak ada nama. Ia menatap istrinya yang sepertinya ingin tahu akhirnya Bryan me loud speakerkan sambungan mereka.

"Lo mau kesini buat jemput anak lo kan? Boleh aja asal lo bawa uang dua miliar rupiah tanpa polisi. Gimana?"

"Bangsat." maki Bryan membuat Anin menggelengkan kepalanya. Bryan menatap menyesal ke arah Anin.

"Saya akan kesana tanpa polisi dan membawa uang tersebut."

"Lo mau denger suara anak lo nggak? Nih-"

"Papaaaa mamaaaa hiks, kakak takut maa paa, kakak laper hiks, kakak kangen sama mama papa dan dedek hiks, kakak takut mama." suara Rio yang lirih membuat Anin mengencangkan suara tangisnya.

Bryan mengusap bahu istrinya, "Jangan apa-apain anak saya jika kamu ingin uang dua miliar."

Tuutt~

"Mas hiks, selametin anak kita mas, hiks." tangis Anin. Bryan mengangguk yakin. "Pasti sayang. Kamu dirumah aja ya. Kunci semua pintu. Tunggu aku sama Rio pulang."

Cup!

Bryan melumat bibir ranum Anin sebentar lalu bangkit dan membantu istrinya berdiri.

"Aku pergi dulu."

"Hati-hati, mas."

___

Bryan menepi sebentar di bank tempatnya menarik uang. Ia menggunakan masker dan topi untuk menutupi identitasnya. Tak lupa polisi yang menggunakan baju biasa di belakangnya agar tidak ada yang curiga. Ia tidak bodoh yang akan datang sendiri.

Ich Liebe Mama! ✓ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang