11

134K 9.4K 143
                                    

Vote dulu sebelum membaca :")

___

"Nin, jangan diem aja kenapa," Bryan terus mengajak Anin berbicara. Sudah seharian ini Anin mendiamkan Bryan semenjak perdebatan mereka tadi pagi. Bryan tak mengerti pada dirinya, biasanya ia tak mau repot jika ada orang yang sedang marah padanya namun untuk sekarang ia gusar tak tahu kenapa.

"Apa sih mas," Anin menepis tangan Bryan yang terus menowel lengannya. Risih kali orang lagi masak.

Bryan menghela nafas, "Aku minta maaf." katanya dengan mata tak lepas dari Anin yang sedang menumis kangkung.

"Hm."

Bryan bingung. Ia kan sedang meminta maaf kenapa hanya dijawab dengan deheman? Bryan pamit untuk menemui Rio yang sedang bermain dengan nek Ima.

Anin kesal karena ditinggal sendiri. Ia menumis kangkung dengan gerakan kasar. Wajahnya memerah. Hidungnya kembang-kempis.

Gimana sih, orang lagi ngambek bukannya dibujuk malah ditinggal, minta maaf sih minta maaf tapi masa langsung pergi gitu aja, gak niat banget sih gerutunya dalam hati.

"Baby, lagi main apa sih?" tanya Bryan.

"Main lobot-lobotan pa, lobotnya bagus bisa bicala." Bryan mengangguk seraya mengusap lembut kepala anaknya. Ia sangat menyayangi Rio, meskipun baru beberapa kali bertemu. Rasa sayang itu tumbuh dengan sendirinya dan berkembang dengan pesat.

"Lanjutin mainnya ya, papa mau ngobrol dengan nenek dulu." Rio mengangguk lalu kembali bermain.

Bryan mengajak nek Ima untuk duduk di sofa. Posisinya sangat strategis karena bisa melihat Anin yang sedang memasak. Ia sangat cantik meskipun dari belakang.

"Anin kalo masak jangan grasak-grusuk nduk," tegur nek Ima dengan berteriak sedikit.

"Iya nek," sahut Anin dari dapur.

Bryan memperhatikan Anin.

Ada apa dengan wanita itu? Apa masih marah dengannya? Bukannya ia sudah meminta maaf? Kenapa dia masih marah?

Pertanyaan-pertanyaan berseliweran di kepala Bryan. Ia terus berpikir apa kesalahannya. Bryan mengangkat bahunya acuh saat merasa tak menemukan kesalahan yang ia buat pada Anin. Toh ia sudah minta maaf kan?

"Jadi nak Bryan mau ngobrol soal apa?"

"Begini nek, saya minta izin sama nenek buat membawa Anin dan Rio ke Jakarta, nenek juga ikut pastinya." jelas Bryan dengan tenang.

"Kalo masalah itu kamu tanyakan langsung sama Anin sendiri, kalo Rio pasti bakal seneng banget bisa terus dekat dengan papanya, nah, kalo masalah nenek ikut ke Jakarta kayaknya ndak bisa, nenek harus pantau toko bunga peninggalan almarhum suami nenek." kata nenek dengan lembut.

"Begitu ya nek? Kalo masalah toko, Bryan bisa suruh orang buat ngepantau toko kok nek," nek Ima tersenyum lembut sampai matanya menyipit, memperlihatkan kerutan.

"Nggak bisa le, udah sekarang kamu tanya Anin dulu, sebelum nanya, makan malam dulu, ayo!" nenek bangkit lalu mengajak Rio, meninggalkan Bryan seorang diri di ruang tamu.

Ich Liebe Mama! ✓ [END]Where stories live. Discover now