03

159K 11K 719
                                    

___

"Mama..." panggil Rio dengan nada pelan.

Saat ini mereka tengah berada di perjalanan pulang. Anin menggunakan motor matic karena udara di Semarang sangat cocok di nikmati meskipun mulai tercemar oleh polusi.

"Iya, baby mau apa?" Anin fokus menyetir, Rio ia taruh di depannya dengan menggunakan tempat duduk khusus bayi yang terbuat dari kayu dan diisi bantal sehingga membuat Rio nyaman.

"Mau papa," cicit Rio yang membuat Anin menghentikan motornya di pinggir.

"Baby bilang apa?" Anin menatap anaknya yang tengah menunduk seraya memainkan jarinya, pertanda sedang gugup.

"Baby mau papa ma..." Rio menatap ibunya dengan tatapan memelas.

Wajah Rio yang sangat mirip dengan lelaki itu semakin membuat hati Anin kacau. Namun ia harus terima jika di depannya ini adalah anaknya. Darah dagingnya. Ia akan mempertaruhkan apapun untuk mempertahankan anaknya.

"Kita bicara di rumah ya," putus Anin lalu mulai menjalankan motornya kembali.

Anin dan Rio sampai di rumah dengan selamat. Anin menurunkan Rio dari tempat duduknya.

"Masih muda udah ngurus anak aja, begini lah kalo pas SMA pacaran terlalu bebas, eh tau-tau ada hasil jadi." ujar seorang ibu-ibu menor di sebelah kiri rumahnya dengan nada sinis.

Anin diam sedangkan Rio hanya menatap ibu-ibu itu dengan tatapan kesal. Ia tahu jika ibunya sering di sakitin oleh ondel-ondel itu.

"Udah tua bukannya banyak ibadah malah nyinyil, ayo masuk ma." ajak Rio setelahnya.

Anin yang kaget dengan ucapan anaknya hanya menahan tawanya saat melihat ibu-ibu itu mulai kepancing emosinya.

"Heh Anin! Ajarin anak haram itu sopan santun ya!" ujar ibu-ibu itu lalu melangkah memasuki rumahnya.

"Ibu yang harusnya belajar tentang sopan santun." Anin mengucapkan itu dengan nada enteng lalu menggandeng Rio untuk memasuki rumah.

Anin menghela nafasnya. Setiap hari ia harus selalu mendapat caci maki oleh ibu-ibu di sebelah rumahnya. Bahkan saat pertama kali ia pindah kesini, ibu-ibu itu memanasi seluruh ibu-ibu kompleks yang membuat Anin tertekan saat itu. Padahal ia sedang hamil.

Nenek yang tidak terima jika cucu kesayangannya dihina mulai turun tangan. Ia mengancam ibu-ibu itu agar tidak menggangu cucunya. Namun memang dasarnya badak yang mukanya tebal ibu-ibu tetap menghasut para wanita agar membenci Anin.

Namun kesabaran Anin berbuahkan manis. Saat lahiran dan pulang ke rumah dengan membawa seorang bayi tampan yang kebule-bulean membuat ibu-ibu yang awalnya membenci mulai menyukai Anin. Kecuali ibu sebelah rumahnya. Rio penyelamat dirinya.

"Baby mandi dulu ya, tunggu mama di kamar mandi," Rio mengangguk lalu ngacir ke kamar mandi.

Anin masuk ke kamar lalu menaruh barang-barangnya di meja. Anin keluar dengan membawa dua handuk. Ia mengernyit saat tak melihat keberadaan nenek di rumah. Anin mulai melangkah menuju kamar nenek.

Tok! Tok! Tok!

"Nek? Nenek..." panggil Anin lalu menempelkan telinganya pada pintu yang tertutup itu.

Ich Liebe Mama! ✓ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang