34 [END]

168K 6K 257
                                    

Yuk vote + komen"

____

Sepuluh tahun kemudian....

"Mamaaaa, kaos kaki Elea mana ya?" teriak Elea dari lantai atas. Anin yang sedang menyiapkan sarapan pun menghembuskan nafas lelah. "Di lemari biasa, dek!"

"Nggak ada, maaa! Ih dedek mau telat ini,"

Mau tak mau Anin pergi menuju kamar anak perempuannya yang sudah mulai beranjak ke remaja. Ia membuka pintu kamar Elea yang sudah seperti kapal pecah.

"Dedeeekkkk!! Kenapa bisa gini sih? Mau tenggelam aja rasanya!" Elea terkikik saat mendengar gerutuan mamanya. "Kaos kaki Elea hilang, mama."

Anin menatap Elea tajam lalu mulai mencari ke lemari tempat biasanya ia simpan. Bahkan sekarang semua lemari terbuka dengan kaos atau sempak yang keluar dari tempatnya. Pusing Anin pusing!

"Ini apa hah?" Anin menenteng kaos kaki putih Elea dengan tatapan garang seperti kak Ros.

Elea menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Hehehe.."

"Sekarang kamu pakai dan langsung keluar sambil bawa tasmu. Mama mau bangunin kakak dulu."

Anin memasuki kamar Rio yang semua bertemakan gelap dan abu-abu. Ia membuka tirai jendela sehingga sinar matahari masuk menusuk mata Rio yang masih terpejam.

"Ma, kakak masih ngantuk."

"Salah siapa main PS sampe jam satu? Sekarang bangun, mandi terus sekolah! Kamu kan udah masuk kelas satu kak, ayo semangat dong! Sekolah baru ni!" ujar Anin dengan semangat agar anaknya ikut semangat.

"Iya iya ma," Rio bangkit dengan malas-malasan.

Semua telah berkumpul di meja makan. Sepuluh tahun berlalu mengubah semuanya. Apalagi semenjak kejadian Rio diculik. Semuanya berubah. Rio yang menjadi dingin kepada orang lain selain keluarganya dan menjadi benci dengan ice cream karena mengingatkannya dengan masa lalu yang kelam tersebut.

Akibat kejadian itu, Rio sempat divonis koma selama tiga bulan. Namun, dengan doa dan usaha Bryan dan Anin, akhirnya Rio kembali sadar dan keadaannya berangsur membaik hingga sekarang.

Sepuluh tahun berlalu juga, Elea tumbuh menjadi gadis pintar dan menunjukkan bibit-bibit pakgirl sejak dini. Entah keturunan dari mana namun katanya pacarnya ada dimana-mana. Anin dan Bryan hanya menggelengkan kepala saja.

Sepuluh tahun berlalu juga, cinta Anin dan Bryan semakin erat, bergelora dan menggebu-gebu. Tidak bertemu satu hari saja akan membuat keduanya kelimpungan mencari informasi. Dan, mereka tidak berniat menambah momongan lagi. Mereka lebih memilih mengikuti anjuran pemerintah, dua anak cukup.

Sepuluh tahun berlalu juga, Sean berada di penjara. Lelaki tersebut divonis penjara seumur hidup. Dan Diandra akhirnya ikut dengan neneknya yang tak lain dan bukan ibu Sean. Diandra juga tumbuh menjadi gadis yang cantik dan cerdas. Lelaki mana saja juga akan jatuh cinta dengannya.

"Ya udah, kita berangkat dulu ya, sayang."

Cup!

Bahkan Bryan dan Anin tak malu menunjukkan kemesraannya dihadapan anak mereka. Rio yang seringkali melihat kemesraan orang tuanya pun hanya menatap malas. Berbeda dengan kakaknya, Elea justru menatap papa dan mamanya dengan pandangan yang berbinar. Berharap suatu saat ia juga akan merasakan hal yang sama.

"Dadah, maaa." Bryan, Rio dan Elea serempak melambaikan tangannya lalu mereka memasuki mobil dan melaju meninggalkan pekarangan rumah.

Elea dan Bryan sudah pergi menjauhi sekolah baru Rio. Hari ini adalah hari perkenalan dirinya dengan teman baru dan guru baru. Semuanya serba baru.

Rio dengan malas memasuki gerbang sekolahnya yang menjulang tinggi ke atas. Ia melewati segerombolan anak perempuan yang sedari tadi ia turun dari mobil terus memandanginya.

Nggak waras batin Rio.

Rio berjalan menyusuri koridor sekolah SMA Plus 4, salah satu SMA favorit dan yang masuk hanya orang yang berduit dan otak di atas rata-rata saja. Tak ayal, sekolahan ini menjadi sangat amat terkenal hingga seluruh Indonesia.

"Yo! Anjir! Kita satu sekolah lagi, man!" Bayu tiba-tiba merangkul Rio dari belakang membuat Rio sedikit terjengit kaget.

"Sat!" maki Rio pada sahabatnya dari SMP itu.

"Asli bro! Cewek-cewek disini cecan semua! Anjir mata gua fresh tiap saat!" Bayu tetap berjalan sambil merangkul Rio yang sudah merasa risih. Rio mencoba memberontak dan tak sengaja ia menyenggol seseorang yang kebetulan sedang lewat di sebelahnya.

"Aaa! Ice cream gueeee! Sialan banget sih yang nyenggol! Gua hempas ke Tenggarong tau rasa! Kelelep di Mahakam kelelep sana!" jerit perempuan itu sambil memandangi ice cream vanilla nya yang jatuh tak berdaya di lantai.

"Lo! Dasar adek kelas laknat! Gantiin ice cream gua!" tunjuk perempuan bernama lengkap Airin Athasya Oh.

Rio menatap tajam perempuan yang ia ketahui sebagai kakak kelasnya ini. Ia memajukan wajahnya mendekati wajah Airin yang saat ini tengah terkejut kaku.

Rio tersenyum miring, "Nggak dan maaf."

Rio menarik Bayu yang melongo melihat kejadian tadi. Airin tersadar dan langsung berlari menuju Rio setelahnya ia menendang pantat Rio lalu membalikkan tubuh dan berlari sekencang-kencangnya.

"Kakak kelas, sialan."

_____

Tamat~

Terima kasih yang udah mau nunggu, baca, vote dan komen cerita abal-abal ku🙏 aku tau endingnya gaje, banget. Sorry ya🙏 aku kehabisan ide banget soalnya😭

Pokoknya aku mau ngucapin banyak-banyak terima kasih sama kalian♥️

Sampai jumpa lagi di cerita selanjutnya!

Ich Liebe Mama! ✓ [END]Where stories live. Discover now