17

118K 8.1K 262
                                    

___

"Mas, harus hari ini banget?" Anin merasakan jika jantungnya berdegup lebih kencang dari biasanya. Jemarinya saling bertautan untuk mengurangi rasa gugup yang hinggap di hatinya.

"Iya." balas Bryan dengan singkat. Ia merapikan kerah kemeja lengan pendeknya di depan cermin.

"Nggak bisa besok-besok aja?"

"Kamu udah setuju tadi malam." Bryan membalikan badannya guna menatap Anin. Ia menyadari jika wanita itu tengah gugup namun wanita itu sendiri yang bilang jika ia siap menemui ibunya hari ini.

"Eung," gumam Anin tak jelas.

"Mama sama papa udah siap? Sampe lumutan aku nunggu nih." bibir Rio mengerucut yang semakin membuatnya terlihat lebih lucu.

"Sudah, ayo!" Bryan menggendong Rio dan tangannya meraih pinggang ramping Anin.

"Mas, takuutt," rengek Anin saat mereka sudah berada dalam mobil. Rio duduk bersama Brad di depan. Sejak kemarin anak itu terlihat lengket oleh Brad meskipun anak buahnya itu berkepribadian dingin. Brad yang masih melajang di umur tiga puluh dua itu akhirnya luluh dengan tatapan polos Rio.

"Ada aku." Bryan mengusap tangan Anin yang berada dalam genggamannya di atas paha Anin.

Hmm menang banyak

"Ish! Dari tadi bilangnya 'ada aku' 'ada aku' terus!" gerutu Anin yang membuat Bryan gemas. Lelaki itu mencubit pelan hidung Anin sehingga meninggalkan jejak kemerahan, ditambah Jerman saat ini cuacanya sedang dingin.

"Mas!" Anin memukul pelan lengan Bryan.

"Kamu tenang aja, keluargaku baik kok. Nggak gigit," Anin mendelikan matanya saat mendengar kalimat terakhir yang diucapkan Bryan. "Nggak gigit tapi omongannya yang bikin gigit jari!"

Bryan tergelak pelan, "Nggak sayang." Anin yang dipanggil begitu merasa melayang. Pipinya bersemu kemerahan-merahan.

"Beter?" goda Bryan yang tak dimengerti oleh Anin.

"Beter? Camilan yang di ambassadorin Raditya Dika?"

"Beter Anin bukan better." gemas Bryan.

Anin memperdalam kerutan di keningnya, "Iya, camilan kan?" Bryan memutar bola matanya lalu menghembuskan nafas dengan kasar.

Susah ngomong sama orang kurang up to date..

"Beter itu yang kalo cewek digombalin langsung melayang, paham?" ucapan Bryan membuat tawa Anin pecah seketika. Beter? Astaga. Kepala Anin geleng-geleng dibuatnya.

"Itu baper mas!" koreksi Anin lalu melanjutkan tawanya. "Oh iya, baper, aku lupa." Bryan mengusap lehernya yang terasa gatal. Malu. Tengsin.

"Tau kata itu dari mana coba?" tanya Anin setelah berhasil meredakan tawanya. "Daniel." jawab Bryan.

Anin menegang saat mendengar nama itu. Daniel? Orang yang menjebaknya? Orang yang menghancurkan masa mudanya? Orang yang--

"Anin! Hey!" tubuh Anin diguncang Bryan. Sedari tadi lelaki itu memanggil Anin namun tak disahuti oleh wanita itu.

"Ha? Eh kenapa?" Wajah linglung Anin membuat perasaan aneh merayap di dada Bryan.

Ich Liebe Mama! ✓ [END]Where stories live. Discover now