23

104K 6.3K 73
                                    

Yuk, vote dan komen!

___

Sudah satu bulan Anin dan Bryan menjalani bahtera rumah tangga. Seperti orang-orang pada umumnya, pernikahan mereka juga tak selalu haha-hihi doang. Kadang kala ada perdebatan dan pertengkaran-pertengkaran kecil. Wajar, karena pernikahan menyatukan dua kepala dalam satu tubuh.

"Baby, mama ke kantor papa dulu ya. Kamu ikut nggak?" tanya Anin dengan menenteng tas kecil berisi masakan yang telah dibuatnya sedari tadi.

Rio menggeleng, "Nggak ma, nanti baby mau ke depan, main sama temen baru." ujarnya lalu menampilkan barisan giginya yang rapi.

Anin manggut-manggut, "Ya udah, nanti kalo udah selesai main langsung masuk rumah ya. Uncle Brad kesini nggak nanti?" tanya Anin pada Rio.

Ya, semenjak satu Minggu lalu Brad mencoba membuka usaha dengan gaji yang dikumpulkan dari tiga tahun lalu. Ia sesekali masih datang ke rumah Bryan karena ada bocah cilik yang pesonanya tak sanggup untuk dilewatkan.

"Emm, kayaknya sih ma, soalnya kan kata papa, uncle lagi sibuk." kata Rio lalu bangkit dari duduknya dan menghampiri Anin yang berdiri di samping tv.

"Mama, pulangnya lama atau sebentar?" tanya Rio saat sudah berada di depan Anin. Anin jongkok lalu menaruh tasnya di lantai. Tangannya terangkat untuk mengusap pipi lembut Rio.

Anin tersenyum meneduhkan, "Tergantung sih ya. Mama usahain pulang cepet deh, mama cuman nganter makanan aja." jelas Anin yang ditanggapi anggukan kepala Rio.

"Hati-hati ya mama."

"Kamu juga, nanti ada uncle Alex yang jagain kamu main. Kalo butuh apa-apa minta aunty yang ada di sini ya."

"Siap!"

"Ya udah mama pergi ya. Dadaahh."

"Dadaaahh."

___

Anin sampai di kantor besar yang menjulang tinggi. Ia turun dari mobil setelah mengucapkan terima kasih kepada sopir pribadi yang dikasih Bryan. Langkah pelan Anin mengundang perhatian para karyawan yang bekerja.

Anin yang tidak percaya diri pun menundukkan kepalanya. Bisik-bisik ia dengar yang membuatnya ingin cepat-cepat sampai ke ruangan suaminya.

"Bu bos datang anjay."

"Anin kan yang pernah di bully mbak Pevita kan? Yang pas masih jadi OG."

"Husst, kalo orangnya denger bisa dilaporin ke husbandnya."

"Enak banget ya, dari OG naik tahta jadi istri konglomerat."

"Denger-denger sih hamil dulu baru nikah."

"Waduh! Dikasih apa tuh pak bos sama tuh mantan OG."

"Ekhm!"

Para wanita yang sedang menggunjing tersebut langsung tersentak saat pak Brata, manajer mereka datang. Mereka tersenyum saat manajer tersebut menatap tajam.

"Lain kali kalo mau ghibah bilang saya. Jadi saya bisa langsung kasih surat pemecatan."

Brata menghampiri Anin yang terdiam tak jauh dari tempat wanita-wanita tak berakhlak itu. Ia menyapa lalu mengajak Anin menaiki lift khusus Bryan. Kebetulan ia juga ingin bertemu dengan bos besarnya, membicarakan perihal pekerjaan.

Ich Liebe Mama! ✓ [END]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz