22

104K 6.6K 99
                                    

Yuk vote komen!

___

Saat ini mereka tengah berada di kamar hotel milik Bryan. Suasana romantis saat memasuki kamar. Ada lilin di tengah ranjang yang ditaburi bunga mawar merah berbentuk love. Lampu yang remang-remang semakin membuat kesan intim untuk mereka.

"Hmm bau mawar. Apa nggak ada ulatnya mas itu bunganya?" pertanyaan polos terlontar dari mulut Anin. Bryan menggelengkan kepalanya, heran polos banget. "Nggak ada sayang."

Pipi Anin merona. Padahal sudah sering ia dipanggil sayang tapi tetap saja masih malu.

"Kenapa sih?" tanya Anin saat dirinya terus-terusan ditatap oleh Bryan. Lelaki itu menggeleng lalu tersenyum kecil, "Aku laper,"

Mata Anin terbuka lebar saat mendengar kata 'lapar'. "A-aku capek mas." ujarnya dengan sedikit tergagap. Bryan menaikan sebelah alisnya. Sedikit tak percaya tapi saat melihat wajah memelas Anin mau tak mau ia menunda 'makannya'.

Malam ini mereka habiskan dengan tidur berdua di kamar hotel miliknya. Tak ada acara 'makan-memakan'. Mereka tidur dengan saling berpelukan hingga pagi datang.

"Mas, bangun." Anin mengguncang pelan lengan Bryan. Bryan membuka matanya yang langsung disuguhi oleh pemandangan cantik. Istrinya tersenyum manis. Oh ini yang ia harapkan setelah penantian panjangnya.

"Mau balik sekarang atau masih mau di sini?"

"Agak siangan dikit aja mas. Kalo masih di sini nanti kamu nggak kerja dong."

"Aku kan ambil cuti seminggu."

"Ngapain ambil cuti lama?"

"Biar bisa mesra-mesraan sayang."

"Ih apa sih,"

"Kenapa gitu?"

"Tau ah. Sekarang mas mandi terus sarapan abis itu kita pulang ke rumah. Rio udah pulang duluan sama uncle auntynya."

"Siap!"

___

"Babyyy! Yuhuuu! Mama pulang!" Anin berteriak. Tak lama Rio mendatangi Anin dengan berlari. Ia memeluk mamanya dengan erat.

Rio memang pulang terlebih dahulu bersama Brad tanpa menunggu mama dan papanya. Ia merengek karena tak melihat mamanya namun Brad berhasil membujuk Rio. Ia tak mau kena semprot tuannya karena menganggu 'acara'nya.

"Ululuu, udah kangen, iya?"

Rio mengangguk tanpa melepas pelukannya. Bryan masuk ke rumah dengan wajah cemberut. "Kenapa sih mas?" tanya Anin lalu melepas pelukan Rio.

Rio meminta gendong pada Bryan yang langsung dituruti laki-laki itu. Ia mencium sekilas pipi Rio. "Nggak papa." balasnya singkat lalu menaiki tangga. Meninggalkan Anin dan Brad yang kebingungan.

Anin dan Brad bertatapan lalu Anin mengangkat bahunya. Ia menyusul Bryan ke atas. Brad kembali keluar entah akan berbuat apa. Sebenarnya pekerjaannya ini termasuk ringan. Ia hanya menjaga dan mengajak Rio bermain lalu mendapat gaji sebesar sepuluh juta. Tapi Brad mensyukuri nikmat yang diberikan kepadanya. Kapan lagi yakhan? Kerja santai gaji PNS.

Anin membuka pintu kamar dengan pelan. Kepalanya menyembul, mengintip dalam kamar. Ia melihat Bryan yang sedang bermain iPad dengan Rio dipangkuan. Mereka menonton Mak Beti yang sedang marah-marah.

Anin menghampiri keduanya yang sibuk menonton hingga tak menyadari ada dirinya di sebelah mereka. "Dor!" kejut Anin sambil menepuk tangannya.

"Eh ayam! Eh ayam! Mamaaaaaa!"

Rio berteriak kesal saat melihat Anin tertawa. Ia terkejut sangat. Sedang asyik menonton tiba-tiba dikagetin, siapa yang nggak marah?

Bryan sempat terkejut namun ia berhasil menguasai tubuhnya sehingga terlihat ia tak terpengaruh sedikit pun. Anin yang melihat Bryan cuek pun mengerutkan keningnya.

"Mas kenapa?" tanyanya seraya menatap Bryan intens.

"Nggak papa."

Anin menghela nafas. Apa iya suaminya marah karena 'lapar'?. Anin beranjak dari kasur lalu masuk ke kamar mandi. Ia menimbang-nimbang keputusannya untuk memberi Bryan 'makan' namun ia masih belum siap. Bagaimana ya?

Anin melihat kotak kado yang berada di pojok ruangan wardrobe. Ia menghampiri lalu membuka untuk mengetahui isi kotak tersebut. Matanya membelalak saat melihat apa isi dari kotak tersebut. Ia melihat secarik kertas lalu membacanya.

To : mbak Anin ku sayang:*

Dipake ya mbak. Itung-itung cari pahala sama nyenengin misua, hihihi. Nanti kalo aku udah nikah, aku juga pake itu. Duh mikir apa aku WQWQWQ. Pokoknya kudu dipake! Titik. Nggak pake koma.

From: Gea imoetz sayangnya mbak Anin:*

Anin meremas kertas tersebut lalu dilemparkannya ke sembarang arah. Ia mengangkat tinggi-tinggi baju berenda tipis. Ah! Tidak pantas disebut baju tapi kain yang belum selesai dijahit.

Anin berdiri lalu menempelkan kain tipis itu ke tubuhnya. Ia menatap cermin besar itu lalu tersenyum malu. Wajahnya memerah membayangkan ia memakai kain tipis itu lalu berbuat---

"Anin?" Bryan muncul yang membuat Anin terkejut setengah mati. Wanita itu membalikan badannya lalu menutupi kain tipis itu dibelakang badannya.

Ia berusaha tersenyum, "I-iya mas, ada apa?" ujarnya dengan gugup. Bryan menatap Anin dengan pandangan menyelidik. "Apa yang kamu sembunyiin?"

"Hah? Apa? Ng-nggak ada kok." sahutnya cepat.

Bryan tak percaya. Ia mendekati Anin yang membuat wanita itu mundur seketika. Bryan berjalan mendekat, Anin mundur hingga mentok ke dinding. Anin menghela nafas saat Bryan meraih kain tipis itu.

"Wow!" ujar Bryan dengan kagum.

Anin berusaha meraih kain tipis itu namun ditahan oleh Bryan. "Kamu dapet dari mana?" tanyanya dengan senyum tertahan.

"Kado dari Gea mas." sahut Anin dengan cepat. Bryan mengangkat sebelah alisnya, "Nanti malam, kamu pake ya." ujarnya sebelum berlalu meninggalkan Anin yang menegang.

____

Singkat ya? Hehe sorry, lagi mikir mau konflik apa tapi kayaknya cukup berat deh

Vote+komen guys!
:)

Ich Liebe Mama! ✓ [END]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora