09

141K 9.8K 605
                                    

___

Anin masuk ke kamar, ia melihat Rio yang sedang telungkup dengan memeluk boneka beruang besar hadiah dari Fera. Anin mendekati Rio lalu duduk di sebelahnya.

"Baby kenapa malah pergi? Tadi katanya seneng kalo papa pulang," Anin mengelus rambut Rio pelan.

Rio menggeleng dengan wajah bersembunyi di boneka beruangnya. Anin menghela nafas, "Baby gak seneng ya papa pulang? Jadi tadi baby bohong sama mama dan pa-papa?" Anin masih kagok menyebut Bryan papa.

"Kalo baby gak seneng, mama suruh papa pulang deh." Anin bangkit namun tangannya ditahan. Ia menolehkan kepalanya menatap Rio yang saat ini tengah berkaca-kaca.

"Ja-jangan," Anin memeluk Rio yang tangisnya sebentar lagi akan pecah.

"Terus papa ngapain di sini kalo baby aja gak mau nemuin papa," Anin mengelus punggung kecil anaknya yang terasa bergetar.

Rio menenggelamkan wajahnya di dada Anin. Ia menangis. Menangis rindu. Ia ingin memeluk papa. Tapi ia marah karena papanya baru pulang sekarang. Tapi ia rindu. Bingung.

"Baby temuin papa ya?" Rio mengangkat kepalanya, air matanya masih menetes yang langsung dihapus Anin. Rio mengangguk membuat Anin tersenyum.

"Yuk anak mama yang ganteng," Anin mengangkat Rio ke dalam gendongannya.

Bryan dan nenek tersenyum akhirnya Rio mau keluar juga. Selama menunggu Anin membujuk Rio, Bryan dan nenek mengobrol tentang sehari-harinya Anin yang merawat Rio. Bryan merasa bersalah dan meminta maaf pada nenek tak lupa ucapan terima kasih karena telah membantu merawat Rio.

"Peluk papanya dulu sayang," kata Anin seraya melepaskan pelukan Rio.

Bryan tersenyum lalu merentangkan tangannya, bersiap menyambut pelukan anaknya. Rio menatap Bryan dengan polos tak lama ia berlari sambil menangis.

"Papa..."

Bahagia. Itu yang dirasakan oleh Bryan. Akhirnya anaknya memanggil dirinya papa. Nenek dan Anin berpandangan lalu tersenyum. Anin duduk di sebelah nenek dekat dengan Bryan yang tengah memeluk Rio.

"Anak papa...maafin papa ya," Bryan meneteskan air matanya. Sungguh ia bahagia sekarang. Sangat sangat bahagia dibanding menang tender sepuluh miliar.

Bryan mengangkat Rio ke pangkuan tanpa melepas pelukannya. Rasanya ia tak ingin melepas pelukannya saat ini. Anin menyenderkan kepalanya pada bahu nenek. Mereka terharu.

Bryan menghapus air matanya, "Sstt...anak ganteng gak boleh nangis," ucapnya seraya menghapus air mata Rio.

"Papa juga abis nangis," kata Rio yang membuat Bryan malu sedangkan Anin dan nenek tertawa kecil.

"Papa kan terharu,"

"Baby juga telhalu,"

"Ter-ha-ru bukan telhalu," goda Bryan yang membuat Rio cemberut.

"Baby gak bisa ngomong l papa..." adu Rio yang membuat Bryan tertawa.

"Mama, nenek sekalang Lio udah punya papa," Rio pamer pada kedua wanita di depannya. Anin menggelengkan kepalanya. Bahagia sekali rasanya.

Ich Liebe Mama! ✓ [END]Where stories live. Discover now