20

116K 7K 272
                                    

Yuk vote dulu

___

"Sayang," panggil Bryan saat melihat Anin memasuki kamar. Anin berjalan mendekati Bryan yang terduduk di ranjang, "Iya mas, kenapa? Mau makan sekarang?" tanyanya seraya mengusap rambut acak-acakan Bryan.

Bryan menggeleng. Tangannya meraih tangan Anin yang berada di kepalanya lalu dikecupnya. "Rio mana?" tanya Bryan yang sedari tadi tak melihat batang hidung setan ciliknya itu. "Ada di bawah. Lagi main sama Brad dan sepupumu." Bryan mengangguk.

"Sini, duduk sebelahku." Anin duduk di samping Bryan. Tangannya masih digenggam oleh lelaki itu dan sekarang genggaman mereka berada di atas paha Bryan. "Kamu mau pulang ke Indonesia?"

"Iya, tapi nggak sekarang." Bryan mengerutkan keningnya, "Kenapa?" Anin melepas genggaman tangan mereka. Tangannya terulur untuk mengusap pipi Bryan. "Nanti, tunggu kamu membaik dulu." ujarnya dengan lembut.

"Lusa kita pulang." Anin membelalak. "Mas! Kamu---" ucapannya terpotong, "Nggak ada penolakan dan aku jauh lebih baik kalo ada kamu dan Rio di sisiku. Lagi pula, perusahaan membutuhkan aku." jelasnya dengan menatap manik caramel Anin.

"Ya udah, terserah kamu. Mau makan sekarang?" Bryan menggeleng. Tubuhnya ia rebahkan dan tangannya menarik tangan Anin. Alhasil tubuh Anin menindih Bryan yang tengah tersenyum.

"Mas! Kamu abis dapet hidayah ya?" selidik Anin. Ia mencoba bangkit namun pinggangnya ditahan oleh Bryan. "Kata mama, aku harus bahagia." ujarnya dengan mengendus aroma Anin di leher jenjangnya.

"Iya, terus?"

"Sekarang, aku laper."

"Mau makan apa? Biar aku ambilin."

"Mau makan kamu."

"Mas!"

Cup!

___

Saat ini, Anin, Bryan, Rio dan juga Brad sudah berada di bandara Soekarno-Hatta. Mereka kembali sesuai perkataan Bryan. Brad ikut karena Rio merengek untuk mengajak lelaki tersebut. Alhasil mau tak mau Bryan mengajak Brad ke Indonesia. Dan Brad pun tak keberatan karena di Jerman pun tak ada sanak keluarga. Ibu dan ayahnya sudah meninggal, ia anak tunggal.

"Papaa, baby laper." rengek Rio dari gendongan Brad. Anak itu dekat sekali dengan Brad. Tak jarang kedekatannya itu membuat Bryan merasa cemburu. "Iya, abis ini kita makan. Mau makan apa?"

"Ayam goreng!" serunya dengan bersemangat. Ketiga orang dewasa itu hanya menggelengkan kepalanya. "Oke!"

Mereka sampai di McDonald's sesuai apa yang diminta oleh anak kesayangannya. "Papaa, suapin baby dong." pinta Rio dengan menggunakan puppy eyes.

"Nggak mau ah. Papa mau suapin mama aja." goda Bryan yang berhasil membuat anak kecil itu memberengut kesal. "Ish! Mama terus! Baby kapan?" tanyanya dengan kesal.

"Tahun depan." jawaban Bryan membuat Rio menangis meraung-raung. Anin memukul lengan Bryan lalu menenangkan Rio. Brad makan dengan tenang. Bodo amat sama huru-hara rumah tangga bosnya, yang penting makan.

"Papa--"

"Assalamualaikum temen-temen!"

Ucapan Anin terhenti oleh suara melengking di sebelah mejanya. Terdapat seorang wanita berhijab dan lima laki-laki, satunya memegang kamera. Merekam video. Anin memusatkan perhatiannya ke arah hijabers.

"Nah, sekarang aku lagi ada di tempat makan temen-temen! Emmm ngomong apeye. Pokoknya sekarang kita mau makan siang yang terlambat temen-temen! Jangan kemana-mana ya! Saksikan keseruan kita berempat!"

Terlihat seorang hijabers tersebut memanggil pelayan. Mereka memesan makanan lalu bercanda bersama. Tawa mereka terdengar hingga ke meja Anin. Anin seperti pernah melihat perempuan itu tapi dimana?

"Eh, Yuyun! Liat nih gue mau eksperimen."

"Eksperimen apa lagi bang?"

"Ini, jus jeruk campur sambel!"

Crott

"Ahahaha jorok! Minum tu jus pedes, sepedes nyinyiran netijen!! Hahaha.."

"Yun! Yun! Air! Air! Huaahhh!"

"Nih!"

Hijabers tersebut memberi botol mineralnya kepada lelaki yang tengah kepedasan tersebut. Teman-teman mereka tertawa melihat aksi kocak lelaki berambut panjang tersebut.

Ah! Ria Ricis! Anin baru ingat. Ia ingin meminta foto dengannya namun tidak di ijinkan oleh Bryan.

"Mas, pleaseeee.."

"Nggak! Sekarang makan!"

"Pengen foto bareng Ricis.."

"Nanti juga bisa. Sekarang makan!"

Anin mendengus. Bibirnya mencebik ke bawah lalu memakan makanannya dengan paksa. Tak lama Ricis mendatangi meja Anin.

"Assalamualaikum mas mbak." ujar Ricis dengan sopan.

"Waalaikumsalam." jawab Anin dengan bersemangat.

"Boleh collab?"

"Boleh-boleh!" jawabnya dengan semangat. Ricis tersenyum lalu memperkenalkan dirinya. Anin menjabat tangan Ricis dan menyebut namanya. Rio, Brad dan juga Bryan melihatnya sekilas lalu makan dengan tenang seperti tak terganggu.

"Nah! Temen-temen! Sekarang kita lagi sama mbak Anin! Oya mbak Anin kesini sendiri? Kalo saya sih biasa sama para cowok-cowok jomblo ini hahaha," ujar Ricis memulai syuting.

"Nggak. Saya sama anak, suami dan asisten suami hehe," Anin deg-degan menjawabnya. Untung ia memakai baju yang pantas. Ricis mengangguk lalu mengalihkan atensinya ke Brad.

"Eh ya Allah! Ada bule guys! Abang! Bisa bahasa Indonesia nggak?" tanya Ricis dengan bersemangat.

"Sedikit."

"Asal dari mana bang?"

"Jerman."

"MasyaAllah! Dari Jerman guys! Mimpi apa tadi malem ketemu bule gini." ujar Ricis ke arah kamera.

"Lo kan abis mimpi ketemu bencong Yun tadi malem." sahut Aryesh yang disambut gelak tawa oleh orang-orang.

Ricis melanjutkan syutingnya dan ke-empat laki-laki itu kembali duduk ke meja asalnya. Anin menjawab pertanyaan-pertanyaan dari Ricis dengan bersemangat. Setelah selesai syuting ia dan Ricis foto bersama.

Rio, Bryan dan Brad hanya anteng melihat mereka berdua foto bersama. Brad menghela nafas saat Ricis meminta foto bersama. Mau tak mau ia menuruti karena pelototan dari bos nyonya.

____

Maaf guys kalo ada yang tersinggung aku masukin Ricis 🙏

Ich Liebe Mama! ✓ [END]Where stories live. Discover now