02

186K 11.1K 608
                                    

____

Anin saat ini tengah berada di toko bunga. Ia memilah mana bunga yang bagus dan cocok untuk di rangkai. Pekerjaan sebagai florist cukup menyenangkan bagi Anin, terlebih yang memiliki adalah orang yang di kenal. Anin bersyukur sekali dengan itu.

Masalah Rio, ia ajak anak tampan itu ke toko. Nenek membuatkan tempat bermain anak kecil sehingga memudahkan Anin untuk bekerja sekaligus merawat Rio.

"Mama...baby haus," Anin yang tengah merangkai seketika mengalihkan fokusnya kepada Rio.

Ia melihat anaknya yang tengah memasang wajah lugu dan polos. Beruntung anaknya tak mengikuti sifat bajingan itu yang dingin dan bermulut pedas.

"Mama ambilin bentar ya, baby tunggu sini, jangan keluar dan jangan ikut sama orang yang gak dikenal okey?" Rio mengangguk sembari tersenyum lebar. Anin yang gemas tak kuasa untuk tidak mencubit pipi gembul Rio pun langsung mencubitnya.

Anin berdiri lalu melangkah menuju ruang belakang yang khusus untuk dapur. Toko bunga milik nek Ima lumayan besar, bagian depan di isi dengan bunga-bunga yang sudah dirangkai dan tidak serta tempat bermain Rio, lalu terdapat kasir dan kemudian ruang dapur di bagian belakang.

Anin menyerahkan gelas yang sudah diisi air kepada Rio. Tak lama ada pengunjung yang masuk, terlihat seorang lelaki yang matang bersama dengan anak perempuan dipelukannya.

"Mba, saya cari bunga mawar putih ada?" tanya lelaki itu seraya tersenyum ramah.

Anin mengangguk lalu berdiri, "Ada mas, di bouquet to?" Lelaki itu mengangguk lalu menurunkan anak perempuan untuk bermain bersama Rio, Anin segera mencarikan bouquet bunga mawar pesanan lelaki itu.

"Halo ganteng," sapa lelaki itu pada Rio.

"Hai om," balas Rio tanpa memandang siapa yang menyapanya karena terlalu sibuk bermain.

"Kalo bicara di lihat dong orangnya ganteng," tegur lelaki itu dengan lembut seraya mengelus pucuk rambut anak perempuan yang tengah menunduk.

"Hehe iya om, maafin Lio ya," Rio melihat lelaki dewasa dan juga anak perempuan di depannya.

"Oh nama kamu Lio?" lelaki dan anak perempuan itu menatap Rio.

"Bukan Lio om tapi Lio," sergah Rio dengan cepat.

"Iya Lio kan? L-i-o Lio," tekan lelaki itu dengan tersenyum jahil, ia tahu anak lelaki di depannya cadel.

"Ish! Lio om Lio..." Rio kesusahan menyebut nama aslinya, ia tampak sedang menahan tangisnya.

"Eh jangan nangis dong, iya iya Rio kan?" Rio langsung mengangguk lalu tersenyum cerah.

"Nah itu hehe..." Lelaki itu langsung menggelengkan kepalanya lalu menepuk kepala Rio pelan.

"Nama om Sean dan ini anak om namanya Diandra," Sean mengenalkan Diandra pada Rio.

Rio mengulurkan tangannya bermaksud untuk berkenalan. Sean yang melihat itu langsung memegang pundak anaknya yang pendiam itu semenjak ibunya meninggal tahun kemarin.

"Diandra, itu temennya mau kenalan."

Diandra menatap ayahnya dengan polos, "Dian ndak mau pa, Dian ndak kenal."

Ich Liebe Mama! ✓ [END]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora