16

121K 7.6K 238
                                    

___

Bryan, Anin dan Rio saat ini tengah berada di bandara. Mereka akan terbang ke Jerman saat ini, setelah visa dan paspornya keluar. Bryan sudah menyiapkan segala keperluan mereka selama di Jerman dengan bantuan anak buahnya sehingga Anin dan Rio hanya membawa baju yang ada di badan dan juga jaket tebal.

"Baby, kalo ngantuk tidur aja ya kita bakal lama terbangnya. Kamu juga," ucap Bryan kepada dua orang tersayangnya.

Anin dan Rio mengangguk lalu mengambil posisi duduk yang nyaman. Mereka tertidur pulas dan akan bangun jika ingin makan dan membuang air kecil. Bryan tertidur sebentar lalu membuka tabletnya untuk meng- handle perusahaannya.

"Mas," panggil Anin dengan suara serak khas orang baru bangun tidur. Bryan menoleh, "Iya?" jawabnya singkat.

"Nggak tidur?" tanyanya pada lelaki itu.

"Udah tadi."

"Masa?"

"Iya."

Anin terdiam sejenak. Sebenarnya banyak sekali pikiran-pikiran yang melayang-layang di kepalanya namun ia tahan saat melihat wajah lelah Bryan.

"Kenapa?" tanya Bryan saat melihat Anin tengah melamun.

"Ha?"

"Ada yang mau ditanyakan?" Bryan menatap intens Anin yang duduk di sebelahnya. Anin menggeleng dengan pelan, "Nggak ada," dustanya.

Bryan mematikan tabletnya dan menaruh di pahanya. Tangannya terangkat untuk membenahi anak rambut Anin di pelipisnya. Matanya menatap Anin dengan seksama membuat Anin menahan nafasnya sebentar.

Kuatkan iman hamba ya Tuhan..

"Apa yang kamu pikirin, hm?" tanya Bryan dengan lembut. Anin menatap Bryan yang juga sedang menatapnya. Tangannya menyentuh tangan Bryan yang ada di pelipisnya lalu digenggamnya.

"Takut," cicitnya.

Bryan menghela nafas sebentar, "Apa yang ditakutin?" Anin mengangkat bahunya acuh, "Nggak tau," jawabnya dengan ragu.

"Jawab yang bener Anin." desis Bryan dengan geram. Kenapa wanita itu selalu susah dimengerti?

"Takut sama keluargamu dan aku nggak bisa bahasa Jerman," Anin menyembunyikan kepalanya di dada bidang Bryan. Tangannya melingkari pinggang Bryan yang terasa padat di tangannya.

"Nggak ada yang perlu ditakutin selama ada aku." ucap Bryan dengan tegas lalu mengecup pucuk kepala Anin.

"Sekarang tidur." titah Bryan yang langsung dituruti oleh Anin. Mereka tidur dengan berpelukan melupakan Rio yang tertidur pulas di sebelah mereka.

___

Mereka sudah sampai di Munich Internasional Airport. Di sana mereka sudah disambut oleh orang kepercayaan Bryan. Mereka langsung diantar menuju mansion Bryan yang ada di sini.

"Papa?"

Bryan menoleh, melihat anaknya yang ada di gendongan Brad, orang kepercayaannya. Ia menyuruh anak buahnya itu karena tak memungkinkan jika ia harus menggendong Anin dan Rio secara bersamaan.

Ich Liebe Mama! ✓ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang