08

145K 9.8K 201
                                    

___

Keesokannya, Bryan kembali mendatangi rumah Anin. Ia baru saja turun dari mobil. Rita, ibu-ibu yang selalu nyinyir dengan Anin langsung keluar saat matanya melihat pria tampan.

"Eh, mas mau kemana pagi-pagi gini?" sapa Rita pada Bryan yang sedang membenarkan kemejanya.

"Bukan urusanmu." balas Bryan dengan tajam yang membuat Rita mendelik namun segera ia sembunyikan, kelihatannya pria ini kaya raya.

"Udah sarapan belum mas? Kalo belum, sarapan dulu di rumah ibu." tawar Rita dengan senyuman manis yang dibuat-buat.

"Sudah." Bryan berjalan meninggalkan Rita yang ingin berbicara kembali.

"Sombong banget sih." dumal Rita namun dihiraukan oleh Bryan yang terus berjalan ke rumah Anin.

Bryan mengetuk seraya mengucapkan salam. Tak lama seorang nenek tua membuka pintu.

"Waalaikumsalam, cari siapa le?" Bryan menyalami tangan nek Ima.

"Cari Anin nek." jawab Bryan dengan sopan.

Rita yang belum masuk ke dalam rumah melihat pria tampan tadi berkunjung ke rumah Anin pun kembali nyinyir.

"Ngapain cewek gak bener di cariin," ujarnya dengan suara keras sehingga Bryan dan nek Ima dengar.

Nek Ima menyilahkan masuk, mengacuhkan Rita yang kesal karena dicuekin.

"Gak yang tua gak yang muda sama-sama sok sombong, tengil banget sih." Rita mengipaskan wajahnya menggunakan kipas tangan lalu melangkah masuk rumah.

"Tole ini namanya siapa?" nek Ima menyilahkan Bryan duduk.

"Bryan nek," jawab Bryan dengan sopan.

Nek Ima kaget dan menatap tak percaya ke arah Bryan yang sedang tersenyum tipis, terkesan kaku.

"B-bryan?" Nek Ima mengulang nama Bryan yang diangguki oleh Bryan.

"Nenek panggilkan Anin sebentar ya, dia masih pakein anaknya baju." nek Ima berlalu meninggalkan Bryan di ruang tamu.

"Nduk, di luar ada nak Bryan." sponge bedak bayi Rio jatuh begitu saja.

"Apa?"

"Ada nak Bryan."

"Om Blyan nek?" Rio bertanya dengan antusias yang dijawab anggukan kepala oleh nek Ima.

"Mama ayo cepet pakein baju Lio, Lio mau ketemu sama om Blyan." kata Rio dengan semangat. Matanya menatap Anin dengan berbinar.

"I-iya." Anin memakaikan Rio baju sedangkan nenek menyiapkan minuman untuk Bryan di dapur.

"Om Blyan!" Rio berlari seraya memanggil nama Bryan.

Bryan bangkit dari duduknya lalu jongkok guna mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh kecil Rio.

"Halo ganteng." sapa Bryan dengan tersenyum lebar.

"Halo juga om ganteng. Gendoong," Rio meminta Bryan gendong yang langsung di angguki Bryan.

"Baby turun, kasian omnya." Anin datang dengan membawa teh hangat.

Ich Liebe Mama! ✓ [END]Where stories live. Discover now