12

132K 8.8K 321
                                    

Vote :")

___

Anin sekarang berada di toko. Tangannya dengan lihai merangkai bunga-bunga cantik ke dalam bouquet. Rio sedari tadi terus menanyakan kemana papa-nya yang membuat kepala Anin pusing.

"Baby diam dulu sebentar ya, papa besok ke sini lagi kok, jadi baby jangan tanya-tanya papa lagi." katanya yang membuat Rio diam.

Ia kan hanya ingin bertemu papanya, emang tidak boleh?

"Ya udah." Rio berjalan menjauhi Anin. Ia kembali ke tempat bermainnya. Ia kesepian. Fano hari ini tidak datang ke toko.

Anin menghela nafas melihat anaknya yang bermain sembari murung. Ia melanjutkan pekerjaannya. Toko tidak ramai saat ini namun banyak pesanan yang datang sehingga membuat Anin sibuk.

"Rio, aunty temenin main yuk." Gea datang lalu duduk lesehan di depan Rio yang sedang cemberut.

"Lio maunya sama papa nty." ucap Rio yang membuat Gea terkejut.

Papa?

Papa Rio sudah datang?

Kapan?

"Em papa Rio udah datang? Kata mama kan lagi kerja di luar kota." Anin memang menceritakan tentang papa Rio pada Gea dan Fano. Namun hanya sebatas bercerita bahwa papanya sedang bekerja di luar kota saja.

"Udah, kemalin aku sama papa jalan-jalan ke mall, aku dibelikan mainan sama papa." Rio bercerita dengan semangat. Wajahnya berbinar-binar saat menceritakan papanya.

"Em Rio main sendiri dulu ya, aunty temenin mama dulu, dadaahh baby." Gea berdiri lalu menghampiri Anin yang sedang sibuk dengan bunganya.

"Mbak," panggil Gea.

"Apa Ge?" sahut Anin tanpa menatap Gea.

"Emang papanya Rio udah dateng ya mbak?" Amin mengangguk ia menatap Gea yang di depannya. Matanya melotot saat melihat seseorang masuk ke dalam toko. Gea yang membelakangi pintu masuk pun ikut menatap pintu dengan heran.

"Ah! Om ganteng!" seru Gea bersemangat.

"Itu papanya Rio, Ge." kata Anin yang membuat Gea menatapnya.

"Pa-papa?" gagap Gea mengulang perkataan Anin. Anin mengangguk. Ia melihat Bryan yang sedang mengajak Rio bermain. Rio tentu saja senang, wajahnya yang murung tadi berganti dengan wajah bahagia.

"Kok mbak nggak ngasih tau aku?"

Anin mendelik, "Emang mau ngapain kamu?" Gea menyengir saat ditatap begitu oleh Anin, "Siapa tau aku jadi mama tirinya Rio."

"Sembarangan kamu!" sergah Anin dengan cepat. Gea terlonjak kaget, "Mbak cemburu ya?" Anin memerah.

"Enggak, buat apa cemburu." katanya seraya menggeleng cepat.

"Nggak cemburu tapi mukanya merah gitu." Gea meledek Anin yang semakin membuat wajah Anin merah.

Anin melotot, "Geaaa," geram Anin yang membuat Gea tertawa ngakak. "Nggak kok mbak, mana mungkin aku jadi pelakor kayak di drama Korea." Gea berucap yang membuat Anin menghela nafas lega.

Ich Liebe Mama! ✓ [END]Where stories live. Discover now