26

92.5K 5.2K 15
                                    

"Mas, ngapain sih?" tanya Anin sambil berjalan mendekati tempat Bryan duduk.

"Lagi nyantai sayang," jawab Bryan tanpa menoleh. Ia fokus menatap layar ponselnya yang menyala. Anin mengerutkan keningnya, "Liat apa?"

"Liat box bayi. Bagus warna putih atau coklat, yang?"

"Kayaknya putih deh mas biar senada sama kamar kita."

"Kalo mainannya? Bagus ya?"

"Jangan ngada-ngada deh! Tau jenis kelamin aja belum," Anin memicingkan matanya, melirik tajam Bryan yang tengah menyengir kuda.

"Kan bisa buat Rio, yang,"

"Apaan, nggak, nggak ada. Dia udah punya yang di kasih sama Brad."

"Padahal bagus ini," desah Bryan.

"Besok temenin aku USG ya,"

"Iya sayang."

Bryan dan Anin saat ini tengah berada di ruang periksa. Anin berbaring dengan baju tersingkap sampai bawah dada. Dokter Leli mengusapkan gel di permukaan perut Anin lalu mulai menggerakkan alat yang digunakan untuk mengetahui jenis kelamin anak mereka.

"Bayinya sehat ya, pak, bu. Detak jantungnya juga normal. Nah, ini tangannya dan ini kakinya."

"Itu kepalanya dok?" tanya Bryan menunjuk layar monitor.

"Iya pak, nah kalo ini kelaminnya nih, tau nggak jenisnya apa?"

Bryan dan Anin melihat layar dengan fokus sampai mata mereka menyipit. Dokter Leli tertawa lalu memberi tahu jika jenis kelaminnya perempuan. Sontak, Anin dan Bryan tersenyum. Mereka bahagia sampai meneteskan air mata.

"Mas, cantik banget ya," Anin memandangi kertas USG-nya dengan tersenyum haru. Mereka saat ini sedang berada di dalam mobil menuju pulang.

"Iya, pasti bakal mirip aku lagi, liat hidungnya mancung kayak Rio, matanya tajam kayak aku. Kamu cuma kebagian bibir sama alis doang." ucap Bryan bangga. Gennya ternyata unggul lagi dari Anin.

Anin mengerucutkan bibirnya, "Pokoknya, ini mirip aku!"

"Loh, jelas-jelas ini mirip aku."

"Mirip aku, mas."

"Aku sayang." Bryan tertawa kecil saat melihat mata Anin yang mulai berkaca-kaca. Ia senang sekali menggoda Anin yang mood-nya semenjak hamil selalu berubah-ubah.

"Akuu! Hiks," Anin mulai meluncurkan isakannya. Bryan tertawa yang langsung diberi pukulan oleh Anin. "Duh, cup-cup, mirip kamu kok sayang."

"Tadi hiks kat-katanya mirip kamu hiks,"

"Bercanda, yang."

"Jahat." Bryan menarik Anin masuk ke dalam pelukannya. "Maaf, ya." Bryan mendaratkan ciuman di bibir Anin.

"Mas, pengen mie ayam."

Bryan membulatkan matanya. Sekarang sudah jam sepuluh dan dia harus cari kemana?

"Besok aja ya nanti aku beliin yang banyak buat kamu sama dedek," bujuk Bryan lalu menguap.

"Mau sekarang mas, aku juga mau mangga muda."

Ich Liebe Mama! ✓ [END]Where stories live. Discover now