31

86.4K 5.4K 144
                                    

Pencet bintang dulu yuk! Abis baca baru komen :")

_

"Sayang, Joy udah dateng."

Anin menoleh ke pintu dimana Bryan berdiri dengan menatap ponselnya. Anin menyemprotkan parfum bayi kepada Elea lalu membawanya ke dalam gendongannya.

"Gendong dulu sebentar ya, mas. Aku mau ganti baju." Elea sudah berpindah tangan dan sekarang sudah berada di gendongan Bryan.

Bryan menatap Anin bingung, "Ngapain ganti baju? Itu juga udah cantik kok."

"Udah ah kamu turun dulu ya, jagain anaknya bener-bener! Jangan dikasih HP! Kalo nangis ayun-ayun aja sambil liatin ke atas."

"Iya samyangku," ucap Bryan lalu menutup pintu dan turun ke ruang tamu.

Anin segera berganti baju dan memoleskan make up tipis. Tak lupa ia memakai perhiasan hadiah pernikahannya.

 Tak lupa ia memakai perhiasan hadiah pernikahannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Anin memeriksa penampilannya sekali lagi dari pantulan kaca besar dihadapannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Anin memeriksa penampilannya sekali lagi dari pantulan kaca besar dihadapannya. Setelah dirasa tidak ada yang kurang, ia segera keluar untuk menemui perempuan murahan yang berniat merebut suaminya.

Ia berdandan seperti ini bukan untuk apa, hanya saja ia ingin menunjukkan mana yang nyonya dan mana yang upik abu.

Anin turun dari tangga dengan perlahan. Ia berjalan ke arah ruang tamu dan melihat sudah ada Joy, Bryan yang sedang mengajak Elea bermain dan juga perempuan yang sedang menunduk.

Anin duduk di samping Bryan yang langsung berhadapan langsung dengan perempuan tersebut. Ia menilai penampilan perempuan di depannya dari atas hingga bawah. Lumayan berkelas pikirnya.

But, money can't buy class.

"Ekhm!" dehem Anin membuat perempuan tersebut mendongak sedikit.

"Angkat kepalamu!" titah Anin.

"Kamu tuli?" sarkas Anin karena perempuan itu tak kunjung mengangkat kepalanya.

Saat perempuan tersebut sudah mengangkat kepalanya Anin tersenyum sinis, "Turunkan kepalamu! Cepat!"

Bryan menatap istrinya takjub. Bisa garang juga.

"Kamu itu lumayan cantik tapi sayangnya kelakuanmu tidak cantik. Kamu kira bagus mengikuti trend sampah seperti itu?" ucap Anin tajam.

"Selain tuli kamu juga bisu. Sayang sekali."

"Maksud anda apa?" jawab perempuan tersebut dengan berani dan tanpa rasa takut.

"Woah! Woah! Santai saja. Kamu merasa terhina? Bagaimana dengan saya yang menjadi istri sahnya pria yang kamu kasih secarik kertas dengan tulisan nama dan nomor telepon? Punya otak digunakan! Jangan hanya menjadi pelengkap saja!"

Perempuan bernama Lovely itu diam. Ia mengamati penampilan perempuan dengan kelas yang superior di depannya dengan berpikir berapa harga untuk sepotong baju itu? Dan oh! Perhiasan berlian yang menggantung indah di lehernya. Bagaimana bisa perempuan itu mendapatkannya? Ia saja harus membuka kakinya puluhan kali hanya untuk mendapatkan tiga miliar.

"Matamu ingin saya tusuk menggunakan pisau? Lancang sekali!" sentak Anin.

"Ingat Lovely! Sekali kamu mendekati suami saya. Keluarga dan hidupmu akan hancur dengan sekejap. Joy! Bawa sampah ini keluar! Setelah itu panggil asisten membersihkan rumah yang sudah dipijak ataupun tersentuh oleh sampah ini. Ayo, mas."

Anin bangkit dan mengalungkan lengannya di lengan Bryan. Memperlihatkan mana yang sah dan mana yang sampah.

Anin dan Bryan sudah sampai di kamar. Anin duduk di depan meja riasnya dan melepas perhiasannya. Ia menghembuskan nafas lelah, satu masalah selesai. Tinggal satu masalah lagi yang belum selesai.

Bryan menaruh Elea di tengah-tengah ranjang dan menghimpitnya dengan guling. Ia mendekati istrinya yang sedang menatap wajahnya sendiri. Tangannya melingkari leher Anin dan mencium pipi istrinya.

"Aku nggak nyangka kamu bisa gitu. Joy aja matanya sampe mau keluar liat kamu yang biasanya kalem jadi singa kayak gini."

"Mas, jangan mulai deh. Ternyata ngurusin sampah capek juga. Pijitin dong. Eh! Mas nggak kerja? Udah jam sembilan. Aku juga belum nengok Rio, ketemu cuman pas sarapan doang."

"Nanti, sayang. Rio lagi main sama kucingnya di belakang. Tapi, beneran loh, aku nggak nyangka kamu bisa kayak gitu dan kata-katamu itu tajem banget."

"Orang kayak gitu harus digituin, mas. Biar nggak ngelunjak."

Bryan mengangguk mengerti dan menghirup aroma Anin yang menguar dari lehernya. Ia mengecupnya dan sedikit menghisapnya pelan.

"Kenapa? Engas? Hayuk lah, Elea kasih bibi dulu sebentar."

Bryan mengerjapkan matanya. Lagi-lagi ia dibuat takjub oleh istrinya pagi ini. Senang sekali rasanya senyum Bryan dalam hati.

"Kenapa? Ayooo," rengek Anin saat sudah kembali ke kamar dan mengunci pintu. Bryan menutup gorden jendelanya dan mulai melepas kain yang menempel ditubuhnya dan tubuh istrinya.

"Mas, bikin YouTube, yuk!"

"Hah?" kaget Bryan. Tak ada angin tak ada hujan istrinya mengajaknya membuat YouTube?

"Ish! Bikin video, mas, buat di upload di YouTube. Gak peka banget sih." rajuk Anin dan melepas pelukannya.

"Ngapain, sayang? Uang bulanan aku kurang emang sampe mau buat channel?"

"Enggak sih tapi pengen, mas."

"Aku tambahin dua ratus juta lagi gimana? Jadi genap empat ratus."

"Nggak mau. Maunya bikin YouTube."

"Terserah kamu, lah. Aku mau mandi, ikut nggak?"

"Ikut tapi gendoonggg," rengek Anin dan lagi-lagi diturutin Bryan. Apa sih yang tidak untuk istrinya. Sungguh bucin sekali mas Bryan ini.

___

♥️

Ich Liebe Mama! ✓ [END]Where stories live. Discover now