18

124K 7.5K 303
                                    

Tinggalin jejak dulu yuk

___

Sudah seminggu berlalu sejak Sinta meminta Bryan menikah dengan Anin. Bukannya ia tak mau hanya saja Bryan ingin menunggu hingga ibunya sembuh terlebih dahulu. Lagi pula menyiapkan pernikahan di luar negeri itu sangat repot. Belum lagi ia harus mencari penghulu ditengah-tengah lautan masyarakat yang non muslim.

Seperti mencari upil yang bersembunyi di tempat yang terdalam.

"Mas, bangun!" Anin menggoncang kan tubuh Bryan yang masih bergelung di bawah selimut. "Sebentar lagi." Bryan menarik selimut hingga menutupi kepalanya.

"Nggak ada! Udah siang. Aku sama Rio pengen jalan-jalan lagi." ujar Anin yang membuat Bryan mau tak mau bangun dari tidur nyamannya.

Matanya menangkap Anin yang sedang menatapnya dengan kesal. Pipinya mengembung dengan bibir mengerucut. Menggemaskan sekali.

Cup!

Anin membelalak. Pipinya bersemu kemerahan. Anin harap Bryan tak menyadarinya. Bryan tersenyum manis. "Morning kiss." ujarnya seraya bangkit dan berlalu memasuki kamar mandi.

Nggak boleh baper Anin!

Anin merapikan ranjang yang selimutnya sudah tak tahu bentuknya itu. Setelahnya, ia menyiapkan pakaian yang akan digunakan Bryan. Anin keluar mencari Rio. Anak itu semakin lengket saja dengan Brad.

Anin menemukan Rio tengah bermain di taman samping mansion bersama Brad. Kaki mungilnya berlari lalu menendang bola yang dengan mudah ditangkap oleh Brad.

"Uncleee! Ish! Ngalah sama anak kecil dong!" teriak Rio kesal. Untung saja Brad bisa berbahasa Indonesia meskipun masih belum fasih karena ia dituntut untuk bisa berbahasa Indonesia jika mau bekerja dengan Bryan. Nggak papa yang penting gaji setahun bisa buat beli rumah sama mobil.

"Tidak bisa! Kau harus berusaha, jika aku terus mengalah kamu akan menjadi lemah." ujar Brad yang dibalas dengusan dari Rio.

"Males main lagi ah. Mamaaa," panggil Rio setelah melihat Anin tengah menyender di kusen pintu dengan tangan terlipat di depan dadanya.

"Ayo, sini! Mau jalan-jalan lagi nggak? Nanti kita foto-foto ya." Rio mengangguk lalu berpamitan pada Brad. Langkah kakinya semakin ia percepat saat melihat papanya yang akan mendekat pada mamanya.

Tidak bisa dibiarkan. Enak saja mau memonopoli mama lagi.

"Aduh! Mamaaa! Huwaaaa!" Rio berakting terjatuh saat Bryan yang akan memeluk mamanya. Padahal tak ada apa-apa di depannya. Tali sepatu pun terikat dengan rapi. Untung tepat waktu pikirnya.

Anin berlari menghampiri Rio. Bryan yang melihat senyum kemenangan dari Rio yang ada di gendongan Anin pun mendengus. Rio telah mengibarkan bendera perang padanya. Oke. Kita lihat siapa yang akan menang.

"Sayang, makanan aku mana?" tanya Bryan yang dibalas delikan oleh Rio. Bryan melotot melihatnya.

"Mamaa, kaki baby sakit." rengek Rio. Bryan memicingkan matanya saat melihat senyum miring tercetak di bibir setan kecil itu.

"Sayang, aku udah laper banget ini."

"Ma, kayaknya kaki baby keseleo."

Ich Liebe Mama! ✓ [END]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora