강요된 : Yes I want It

174 17 2
                                    

Haera POV

"Ayolahh, kau sangat cocok dengan peran itu..."

Entahlah, aku bingung kenapa Bora dan Sujin terus saja membujukku untuk casting.

Aku menghela napasku dalam-dalam. "Kalian pikir aku suka menjadi putri duyung? Aku benci semua pakaian itu!" Sontak aku memelototi mereka.

"Kenapa? Ikutlah kali ini saja, humm? Kau benar-benar cocok dengan karakter ituu!" Kali ini Sujin membujukku sambil mengeluarkan selembar kertas dari kantung seragamnya. Poster.

"Ada apa dengan kalian??" Aku mendengus kesal.

Sujin dan Bora saling menatap. "Haera!! Debutlah!!" mereka bersorak dengan histeris sehingga seisi kantin memperhatikan mereka.

Ya jelas saja aku malu disini. "Yaa, apa yang kalian lakukan?" Tanyaku dengan perlahan sembari berusaha menutupi wajah dengan kedua telapak tanganku.

"Yooshin? Ayo pergi dari sini," kali ini aku mengajak Yooshin yang masih tenang menyantap makan siangnya.
_________

Flashback on

Bocah itu akan menunggu mereka. Tidak lama, hanya satu bulan saja. Dengan bantuan bibi pemilik gedung di lantai bawah, kebutuhannya dapat terpenuhi.

"Bangkai pesawat telah ditemukan di perairan Malaka. Terdapat ratusan korban meninggal terapung di permukaan dan masih banyak yang belum ditemukan akibat kecelakaan ini."

Bocah itu tidak dapat dibilang bodoh karena ia mengerti apa yang wanita reporter di TV tadi katakan. Tak disangka, setetes cairan menetes begitu saja melalui pipi cabinya. "Ayah... Ibu..."

Dengan langkah kecilnya, ia berlari menuju lantai bawah dengan isakan yang menyiksa.

"Bibi, dimana mereka?" Tanya bocah itu dengan napas tersendat kepada wanita di hadapannya.

"Jay, kau tenang saja. Mereka di tempat yang sangat indah sekarang. Mungkin ibumu sedang mengambil banyak fotonya saat ini. Eumm?" jawab wanita itu dengan pelan sambil menenangkan Jay kecil disana.

Waktu berlalu benar-benar cepat, Jay kecil dan keluarga pemilik gedung memutuskan untuk pindah setelah sebuah kecelakaan besar menimpa keluarga mereka dan membuat ingatan Jay hilang total. Ia terbaring koma cukup lama, dan menjalani perawatan selama berbulan-bulan di rumah sakit. Melupakan semuanya dalam sekejap saja.

Dua bulan kemudian~~~

"Ibu, aku dan Nuna pergi!" jerit Jay kecil dengan riang sambil menarik lengan Hana Nuna keluar.

Jay kecil sempat mengurung diri di kamar tanpa mau keluar sedikit pun bahkan untuk makan. Tidak secepat itu Jay bisa mengiklaskan ingatannya pergi dari kehidupan Jay selamanya, Jay kecil hampir depresi karena itu dan mengurung dirinya sendiri selama tiga minggu. Frustrasi dan hampir gila. Namun ada siluet seseorang yang selalu muncul saat fajar, Hana Nuna.

Hana tidak pernah melupakan jogging di pagi harinya. Ia menyadari kalau ada sebuah jendela di salah satu rumah yang ia setiap hari lewati, selalu terkunci rapat bahkan gorden hitam itu tidak pernah bertiup sedikit pun dari tempatnya. Hana mulai mengetuk-ngetuk kaca jendela itu dan menyanyikan sepenggal To my Youth di jendela itu setiap hari.

Mendapatkan teman bermain dan menghiburnya pada saat terpuruk adalah sesuatu yang sangat-sangat Jay syukuri selama ini. Baginya, Hana Nuna adalah malaikatnya. Yahh walaupun berbeda tiga tahun darinya, itu bukanlah masalah besar bagi Jay. Ia sangat bersyukur dan bahagia bersahabat dengannya.

༺ Bang's School ༻(ENHYPEN Fanfiction)Where stories live. Discover now