27

1.1K 375 26
                                    





































apakah sekarang waktunya?

singkatnya, begitu pikiran seungmin dalam menanggapi perasaan yang berubah tak nyaman kala memikirkan chaeryeong. waktu yang dimaksud adalahㅡpembunuhan massal yang dikatakan oleh penyihir itu. pembunuhan yang menjadi ancaman jika mereka tidak segera menyerahkan lee chaeryeong. juga pembunuhan yang menjadi ancaman untuk melukai keluarganya.

jujur, seungmin tetap tidak ingin menyerahkan chaeryeong kalau sekarang memanglah waktunya. namun di sisi lain, dia juga tidak mau salah satu anggota keluarganya terluka. anggapannya, seungmin sudah gagal melindungi jinyoung yang secara tak sengaja diseretnya ke dalam masalah. dan jelas dia tidak mau ada orang lain lagi yang menjadi korban.













































"seungmin!" sumringah senang ditunjukkan oleh hyunjin. pemuda itu melambaikan tangan, "haloww, sudah sampe?"

seperti yang kalian tahu, saat ini seungmin memang sedang berkunjung ke rumah lia. dia bersama hyunjin, jisung, changbin, dan felix berniat mengorek informasi terkait hilangnya lia. entah dari orang tua atau penunggu di rumah gadis itu, mereka akan mencoba keduanya.

"ck, mata lo ilang? gue udah sampe pake tanya lagi." tanggap seungmin pedas. terbawa emosi begitu menyadari jika mereka berempat menaiki mobil, sementara dirinya tidak. ah, ditambah dengan kepalanya yang terasa berat akibat memikirkan chaeryeong dan jinyoung juga.

"loh?" hyunjin mengernyit, "kok malah marah..."

"gue engga marah." dia menepikan sepedanya,  "gue kesel aja engga diajak naik mobil."

felix si pemilik mobil hendak menjawab, tetapi hyunjin lebih dulu menyelanya, "udah kok ditelponin dari tadi?! lo nya aja engga jawab!"

seungmin mengerjap, refleks mengecek saku celana serta saku jaketnya sendiri. oh, pantas saja seungmin tidak tahu hyunjin menelepon. dia terlalu sibuk dengan pikirannya sensiri sampai-sampai tidak menyadari ada panggilan masuk. "oh, ya? kok gue gatau..." kilah seungmin untuk membasmi rasa malunya.

"gatau apanya?!" hyunjin menunjukkan bukti telepon yang berkali-kali tidak seungmin angkat, "nih, gue udah telpon lo banyak kali!"

"o-oh..." seungmin tertawa kecil, "sorry, enggak kedengeran.."

"untung hyunjin pemaaf..." katanya pemuda hwang sembari mengelus dada, "untung seungmin sangat penting bagiku..."

bisa dilihat mereka langsung kompak memberikan ekspresi penuh gunjingan untuk pemuda hwang.

"hehe," tawa kecil hyunjin luncurkan, "eh, omong-omong semuanya 'kan udah di sini, sekarang gimana?"

felix menyahut, "gue udah inget sebagian!"

"apa-apa??" komentar jisung.

felix mengajak mereka membentuk lingkaran kecil, "yang gue liat, lia tuh diculik sama mobil merah agak retro gitu dan ya benerㅡyang nyulik kak lino dan yang nyetir mobil si tante. mereka jalan ke arah perbatasan kota, ke pemukiman yang lumayan rame. gue gatau nama pemukimannya, tapi gue tau arah jalannya ke mana." jelas felix, "jujur ini di luar dugaan gue, gue kira lia bakal di bawa ke daerah hutan belantara, tapi ternyata ke rumah biasa di pemukiman??"

"wait wait," jisung sok inggris, "kalo lo udah tau posisi lia, terus kita ke rumah lia ngapain?"

"iya ya?" hyunjin menautkan alis heboh, lalu melirik seungmin, "ngapain ya?"

[vi] behind a stranger ✓Where stories live. Discover now