35

1K 378 111
                                    
































jinyoung bisa merasakan jantungnya lompat satu nada kala mendengar kalimat tak masuk akal oleh eunbin.

hari ini hari kematiannya?!

oh, yang benar saja. mungkin kalimat itu masuk akal untuk eunbin, tapi untuk jinyoung jelas tidak sama sekali. dia sepenuhnya dibuat kalang kabut setelah gadis itu berujar dengan santai perihal kematiannya. belum lagi wajah eunbin yang seolah mengejeknya. dia menarik salah satu sudut bibirnya, menyunggingkan senyum kecil kepada jinyoung.

seakan menertawakan muka panik milik jinyoung dihadapannya. dia tidak bercanda, kan? bagaimana bisa dia tersenyum? bagaimana bisa seseorang tersenyum di atas kematian orang lain seperti itu? ah, jinyoung lupa. eunbin itu bukan seseorang, bukan orang. dia itu penyihir, penyihir!

































"sinting! maksud lo apa hari kematian gue?!"

eunbin tertawa, "loh, hari ini kan?"

"gue mati?! ya, enggak lah! ngawur aja lo kalo ngoㅡ"

"iya, hari ini kamu bakal mati." gadis itu berucap penuh penekanan. "kenapa? kaget? gak setuju?"

jinyoung mendecih, "lo pikir ada orang yang mau diatur kematiannya sama orang lain?!"

"entahlah."

"oh ya, lo bukan orang." jinyoung menghela napas kasar. "lo penyihir! penyihir gila, sinting, gak waㅡeH EEH?!?!"

tuturan jinyoung berubah menjadi seruan panik akibat badannya yang tiba-tiba saja diangkat dan diletakkan di salah satu pundakㅡpundak eunbin. gadis itu mengangkat jinyoung dengan mudahnya, kemudian dia letakkan di salah satu pundaknya seolah jinyoung adalah karung beras. berhasil menggendong jinyoung, dibawalah pemuda itu keluar dari sana. acuh tak acuh dengan jinyoung yang mulai memberontak dengan memukuli punggung si gadis.

"gila lo?! turunin gue!" bentaknya sembari memukuli bahkan menjambak rambut eunbin. tidak keras sih, soalnya jinyoung tidak tega. "turunin gue atau lo bakal botak?!"

"jambakanmu gak bakal bikin aku botak."

jinyoung mendecih, "nantangin lo?!"

"tepatnya, aku gak peduli kalau kamu beneran bikin aku botak."

"gue tarik beneran nih rambut lo?!"

"terserah, selama aku bisa menuhin perintah buat bantuin kamu mati, aku gak peduli."

jinyoung tidak membalas lagi. dia lanjut memberontak dengan menggerakan kaki, memukul punggung eunbin, menarik rambut eunbin, walau semua itu berakhir sia-sia. melihat gadis itu yang dengan mudah mengangkatnya jelas membuat pemuda itu sadar. eunbin mungkin memang seorang perempuan, tetapi gamblang sekali kesenjangan di antara mereka.

kesenjangan kekuatan maksud jinyoung.

bahkan ketika jinyoung memperkuat pukulannya, eunbin tetap tidak merespon apa-apa. dia malah semakin memperkencang cengkraman pada jinyoung dengan maksud agar pemuda itu tidak meloncat pergi darinya. sehingga pada akhirnya, jinyoung hanya bisa pasrah entah dirinya akan dibawa ke mana.


































"kita mau ke mana sih? turunin gue dong..."

eunbin menggeleng singkat, "enggak."

"gak banget gue laki-laki digendong cewek kek gini."

[vi] behind a stranger ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang