51. Dia kenapa?

6.1K 939 48
                                    

"Hahhh ...." Niura menghembuskan napas yang sangat panjang setelah terbangun dari tidur pertamanya di asrama ini. Dengan keadaan masih mengenakan seragam lengkap yang berantakkan karena kemarin malam, saat pertama kali menginjakkan kaki di Asrama ini, mereka beriga langdung tertidur bersamaan setelah menata-nata barang sehingga tak ada waktu lagi untuk memperhatikan diri sendiri.

Mereka bahkan tidak sempat memakan makanan yang sudah disediakan di nakas khusus hanya untuk hari itu. Pagi ini adalah pagi pertama bagi mereka semua di Sakura Akademi.  Untungnya hari ini masih libur, dan itu akan mereka manfaatkan untuk bersenang-senang. Berbeda dengan Liwei yang tengah sibuk berkutat dengan sekumpulan buku-buku sekolah barunya.

Niura bangkit dari tidurnya lalu menoleh ke ranjang di sebelah kanannya, di mana Yihua tidur menghadap dinding dengan posisi terbalik. Kakinya berada di bantal, namun kepalanya berada di tempat yang seharusnya untuk kaki. Sangat pulas, bahkan Niura sendiri terkekeh pelan saat melihat aliran air terjun yang berubah menjadi pulau kecil di selimut Yihua. Yihua mengeces.

Setelah beberapa menit memandangi Yihua, Niura beralih menatap ranjang di sebelah kirinya, di mana Liwei berada. Gadis itu duduk di meja belajarnya yang melawan arah dengan cahaya dari jendela.

Niura memutar bola matanya jengah, "Hish ... bahkan sebelum kelas pertama pun kau sudah belajar?" celetuknya tak percaya.

Liwei yang merasa dirinya adalah topik utama segera menutup bukunya, kemudian beralih menatap balik Niura yang menurutnya tidak bersahabat. "Memangnya kenapa? Bukankah lebih baik begini?" tanya balik Liwei yang membuat Niura berdecak kesal.

Niura yang dikenal sebagai ketua karate yang kutu buku di kehidupan sebelumnya telah musnah. Kejadian di mana dirinya mati di hadapan buku-buku membuatnya sedikit trauma karena pada saat itu dirinya mati perlahan dan harus merasakan sakitnya gesekkan antara tulang dengan kayu jati lemari dan kembaran buku-buku yang menyayat kulitnya.

"Ya ... belajarlah dengan sungguh-sungguh, sana. Aku akan menyusul Yihua," pungkas Niura yang bersiap untuk kembali tidur. Namun, niatnya untuk tidur terbatalakan karena suara ketukkan pintu kamar. Niura dan Liwei menggeram kesal, begitupun dengan Yihua yang tiba-tiba terbangun karena merasa terganggu.

"Eunghhh ... siapa ... yhang datang?" tanya Yihua sedikit tak jelas.

Niura dan Liwei menggeleng, "Siapa?" lontar mereka bersamaan sedikit kencang.

Lama tidak ada jawaban, akhirnya Niura memutuskan untuk membuka pintu. Saat kakinya telah menginjak karpet lantai, tiba-tiba Liwei menghentikannya. "Biar aku yang buka, kau tidur saja," putusnya dan langsung membantu Niura berbaring lagi.

Niura mengangguk. "Baiklah." Ia memejamkan matanya, aneh. Kenapa rasanya rasa kantuk beratnya tiba-tiba hilang begitu saja? Karena bingung, akhirnya Niura memutuskan untuk bersandar saja di dinding ranjangnya.

Liwei berjalan sedikit cepat menghampiri pintu yang terus saja diketuk tanpa henti dan kemudian membukanya. Tepat saat pintu terbuka, nampak seorang pria berjubah ungu tua dengan bordiran sakura berwarna merah muda di setiap sudutnya. Topinya yang terlihat pas sedikit menutup rambut ungunya. menurut Liwei , pria di hadapannya itu adalah senior kelas menengah karena kartu plakat di liontinnya berwarna kuning dan ada sederet namanya.

Sekian lama memandangi, akhirnya Liwei memandangi wajah priabyang terus tersenyum manis memandanginya. "Siapa, ya?" tanya Liwei penasaran.

Lagi dan lagi, pria itu sama sekali tidak bergeming sedikitpun dan hanya tersenyum dengan mata yang terus menatapnya lekat, memamerkan bola mata indah berwarna ungu terang sama seperti rambutnya yang menandakan bahwa dia pemilik elemen petir.

Lama hanya saling berpandangan, Liwei mulai merasa jengah dan bosan. Ia mendengkus kesal, "Maaf, ada perlu apa, ya, kakak kemari? Bukankah ini asrama perempuan? Apakah kakak salah masuk?" tanyanya berangsur-angsur untuk menghilangkan kecanggungan sekaligus menghentikan pertemuan. Liwei bahkan sempat berpikir kalau pria itu bisu.

Princess of Rainbow Element [Repost]Where stories live. Discover now