16. Aula kota

11.4K 1.7K 40
                                    

Vote dulu yuk😉

***

Mereka akhirnya sampai di Aula kota. Tempat dimana titik pusat kota kecil yang padat akan penduduknya. Di sebelah barat Aula terdapat pasar terbesar, yaitu pasar Quon. Di sebelah utara terdapat perpustakaan kota, di sebelah selatan terdapat pemukiman. Dan di sebelah timur adalah tempat dimana orang-orang desa berkebun, berternak, dan lain-lainnya. Sementara Aula kota ini adalah sebuah ruangan luas khusus untuk orang yang ingin berlatih apapun.

Permaisuri mendahului mereka memasuki panggung Aula setelah membayar sewa. Ia memilih pedang yang sudah disiapkan petugas Aula karena mereka yang ingin berlatih tidak boleh membawa senjata sendiri.

"Ibu, tempat ini sangat ramai," gumam Niura risih. Bagaimana ia bisa leluasa berlatih jika banyak tatapan menuju padanya? Walaupun ia telah mengenakan cadar dan segala macam, namun tetap saja.

"Kau menghiraukan mereka? Siapapun yang berlatih di tempat ini akan menyombongkan diri dengan kemampuannya agar dipuji-puji, dan kau? Sudahlah ... abaikan mereka." Ujar Yi Jian menggantikan permaisuri yang sibuk dengan pedangnya.

"Kalian, kemarilah!" Sorak permaisuri di atas panggung Aula meminta agar Niura dan Yi Jian menghampirinya.

Niura dan YI Jian menghampirinya dengan ragu. Mereka mengambil pedang pilihan masing-masing lalu menyimak serius ke arah permaisuri yang tengah bicara panjang lebar.

"Barang siapa yang mampu membuat pedang lawan terjatuh, maka dia lah pemenangnya. Dan orang yang melewati garis batas Aula harus menerima kekalahannya dengan senang hati." Permaisuri menjelaskan segala macam aturan-aturan yang harus dilakukan oleh petarung.

Mereka mengangguk paham.

Permaisuri kembali berucap, "Dalam hitungan ketiga, kalian bisa langsung bertarung dengan metode kalian sendiri. Mulailah ancang-ancang!"

Niura memasang kuda-kuda karatenya lalu mensejajarkan pedang yang ia pegang dengan dadanya, gerakan yang ia lakukan pun tak luput dari perhatian masyarakat yang berlalu-lalang, ada juga yang sengaja singgah untuk menikmati pertunjukan sejenak.

"Apa yang dilakukan nona bercadar putih itu?"

"Sepertinya dia terlalu tinggi hingga harus mensejajarkan postur tubuhnya."

"Sepertinya tidak. Ku lihat tingginya sangat ideal!"

Permaisuri segera menghitung, "Satu ... dua ... tiga!" Ia menyingkirkan pedang penghalangnya supaya Niura dan Yi Jian bisa langsung bertarung.

Cringgg~~

Suara gesekan pedang yang beradu terdengar nyaring ketika mereka berdua saling menyerang.

Sembari mengamati, permaisuri juga sedikit mengelingi mereka dan melihat gerak-gerik mereka. "Yi'er, hindari!" Tegasnya, ia kemudian melihat gerakan Niura, "Xiao'er, hempaskan!" Tegasnya lagi.

"Kalian ingat! Jika lawan menyerang dari arah kanan, maka jangan menghindar ke kiri! Namun kalian membungkuk, lalu hempaskan!" Permaisuri menginstruksi mereka yang sedang bertarung dengan kedua tangannya yang ia letakkan di belakang punggungnya.

"Xiao'er ... kau sungguh luar biasa!" Kagum Yi Jian di sela-sela pertandingan sembari menghindari serangan.

Niura hanya tersenyum walaupun ia tau kalau senyumanny tidak bisa diketahui oleh siapapun karena ia memakai cadar.

"Lihatlah! Nona bercadar putih itu memiliki warna rambut dan mata yang indah!"

"Benar! Elemennya berlawanan; api, dan air!"

Princess of Rainbow Element [Repost]Where stories live. Discover now