62. Terlambat

13.3K 1.2K 384
                                    

"Aku tidak boleh terlambat!" tekadnya sembari menggigit bibir bawahnya. Kaki-kaki itu mulai melangkah menaiki anak tangga yang lumayan panjang dan curam untuk menuju atap Sakura. Niura mempercepat langkahnya untuk mempersingkat waktu.

Tangga yang ia lewati adalah tangga yang digunakan dalam keadaan terdesak seperti ini. Terdengar kekacauan di atas sana, sangat menggema. Hingga Niura telah tiba di hadapan pintu terkunci yang akan emmbawanya masuk.

Niura sibuk memilah kunci-kuncinya yang banyak. Bukan kunci-kunci pintu akademi, melainkan segala kunci privasinya. Kunci akademi telah beralih ke tangan Nyonya Nil tepat saat Niura meminta libur selama setahun.

Niura menemukan kunci yang pas, ia memutar-mutarnya di dalam gembok yang mulai berkarat. Selama berusaha, kakinya tak henti-henti menghentak-hentakkan lantai, membuat suara hentakkan itu menggema di sekitarnya yang lumayan nyaring. Nampaknya Niura tidak sabar untuk cepat berada di dalam.

Dung ....

Lonceng berbunyi, pintu di unjung tangga terbuka lebar . Niura berlari kencang mencari keberadaan Xiuhuan yang tengah berusaha menyerang kristal.

Sebelumnya, Roiden mengatakan bahwa Heji menyerang Asoka, Xinxin menyerang Teratai dan Xiuhuan menyerang Sakura.

Napasnya terdengar berat di dalam sana. Tangannya sudah siap memegang pedang Blood Ultimanya yang baru ia pegang kembali setelah sekian lama. Sebelum kembali melangkah, Niura memejamkan matanya dan mengambil oksigen sebanyak-banyaknya.

Niura terkejut melihat dua sosok seram yang tengah bertarung sengit. Dua pria dengan perawakkan yang tak manusiawi. Satu pria dengan tubuh dengan sayap hitam berapi, layaknya sayap phoenix dan satu lagi pria dengan tanda naga di dadanya, dan kabut hitam di sekitar tubuhnya.

Xiuhuan dan Roiden!

Secepat mungkin Niura berusaha melindungi Roiden dan membantunya dari serangan Xiuhuan. Niura mengaliri sisa tenaga dalamnya ke pedang Blood Ultimanya gelisah.

"Enyah kau!" teriak Niura seraya menyerang sayap Xiuhuan.

Roiden yang melihat itu langsung membelak. "Xiao Li, jangan!"

Niura tidak menghiraukan itu, ia bersiap untuk menancapkan pedangnya di dada Xiuhuan yang semakin brutal menghajar Roiden.

"Xiao Li! Hentikan tau kau akan menyesal!"

Crat!

Niura berhasil menusukkan pedangnya di dada Xiuhuan, namun, tidak terlihat bahwa Xiuhuan kesakitan sedikitpun. Niura terkejut saat menoleh ke belakang, melihat Roiden yang telah terkapar tak berdaya.

DUAR!

"Roiden!"

Niura mematung saat seluruh bangunan akademi meledak tepat saat Niura menancapkan pedang itu di dada Xiuhuan dan Roiden yang terkapar dengan darah penuh di dadanya.

Seluruh bangunan hancur. Runtuh, tak bersisa. Matanya membulat, seketika seluruh tubuhnya bergetar hebat. Kini wajahnya kian pucat. Tubuhnya lunglai dan ambruk dengan posisi duduk. Dia menutup mulutnya dengan kedua tangan. Sebulir air mata jatuh dari kelopak mata sebelah kanan, lalu disusul dengan yang satunya. Terlambat! Niura terlambat. Semuanya hancur berkeping-keping.

'Kau terlambat!'

Niura menutup telinganya. Entah dari mana datangnya suara itu. Terus terngiang-ngiang di telinganya.

"K–kenapa bisa seperti ini?" desah Niura panik. Ia menepuk-nepuk pipi Roiden yang memucat. Suaranya bergetar, memandangi Dewa kematian yang membuka mulutnya lemas.

"R–ramalan ... itu terjadi. Ke–kematianku ... di tanganmu." Dan matanya langsung tertutup rapat seusai mengucapkan kata itu.

"Tidak! Aku tidak percaya! Aku tadi menyerang Xiuhuan, bukan dirimu, Roiden ... bangunlah!"

Princess of Rainbow Element [Repost]Where stories live. Discover now