38. Hubungan yang rumit

7.8K 1.1K 169
                                    

Part ini author persembahkan buat kalian yg udah nunggu dari hari jum'at hhee:D

Kayaknya bakalan sedikit rumit deh, siapkan otak biar gk bingung, ya XD

Happy reading
***

Tak ... tak ... tak ...

Derap langkah kaki terdengar jelas tepat di pinggir panggung yang sangat besar itu. Gadis itu berlari sekuat tenaganya, mencari-cari seseorang yang tak lain adalah seorang kakek tua yang menurutnya adalah kakek penjual senjata pendamping tempo hari.

"Kakek ...!"

"Kakek ...!"

Niura terus menerus berteriak ke segala arah. Ia telah tiba di balik panggung, namun ia tak menemukan apapun kenculai orang-orang yang berlalu lalang.

"Kemana kakek itu pergi?" tanya Niura frustasi. Ia kembali berlari, ke arah yang lebih ramai hingga 'tak sengaja ia menabrak seorang pelayan yang membawa sebuah kendi berisi air.

Prakkk!

Pelayan itu terkejut mendapatkan barang yang telah ia angkut jatuh terpecah-pecah berserakan dimana-mana bahkan airnya tumpah hingga mengenai pakaiannya. Ia memandang  Niura terkejut.

"Hei, anak muda ... kau menambah bebanku saja." Terlihat pelayan wanita itu menghela napasnya pasrah. 'Sabar'

Niura menutup mulutnya ikut terkejut. Hanya karena urusan pribadinya, hingga ia melupakan hal-hal di sekitarnya? Ini bodoh! "Ma-maafkan aku," mohonnya, ia memasukkan tangannya ke dalam saku, mengeluarkan beberapa uang koin emas, lalu memberikannya kepada pelayan itu, "Ini ... ambilah," lanjutnya lalu pergi dengan terburu-buru.

Pelayan itu membelak, ini terlalu berlebihan! Siapa anak muda itu? Sekaya itukah dia?

Lelah sekali rasanya, berdiri lama mencari-cari keberadaan si kakek hingga meninggalkan segala macam acara pertunjukkan lainnya di panggung. Ia menarik napasnya gusar, "Apa mungkin kakek itu telah kembali ke rumahnya? Kalau begitu aku harus pergi ke sana," gumamnya yakin.

Kembali berlari, namun lebih hati-hati. Walaupun ia dengan mudah membayar apapun perbuatannya yang merugikan orang lain seperti tadi, namun ia tidak ingin membuat masalah. Melewati tenda lamanya dengan tergesa-gesa. Tenda itu kosong melompong, bahkan lidah-lidah yang menggantung pun sudah tak ada. Ia terkekeh, ingatan akan kejahilannya kepada Xinxin kembali berputar dalam benaknya, lalu menggeleng seketika. Mengapa ia harus mengingatnya?

"Hosh ... hosh ...." Deru napasnya tak terkendali. Ia berhenti tepat di hadapan rumah sederhana milik kakek yang tempo hari pernah ia kunjungi karena adanya sekumpulan bandit yang telah mati.

Tok ... tok ... tok ...

Niura mengetuk pintunya perlahan, takut jika penghuni rumah ini sedang sibuk. Tak lama pintu itu terbuka, menampilkan seorang pria paruh baya, yang tak lain adalah si kakek. Dari penampilannya saja memang benar, ini orangnya, sama seperti saat di panggung. Niura tersenyum, sedikit membungkukkan badannya untuk memberikan hormat kepada yang lebih tua.

"Ada apa, Nak? Ada yang bisa kubantu?" tanya kakek itu dengan spontan. Niura mengangguk, melihat itu, si kakek langsung mempersilahkan Niura untuk masuk. Namun Niura menolaknya, meminta agar duduk di bangku depan saja, dan kakek itu mengangguk menyetujui.

"Katakan, apa yang bisa kubantu?" tanya kakek itu.

Niura mengangguk, jujur saja ia agak canggung karena merasa tak enak untuk meminta bantuannya, maka ia akan sedikit berbasa-basi. "E–eum ... apakah Kakek hanya tinggal sendirian?" tanya balik Niura.

"Ya, semua anak-anakku telah memiliki keluarga masing-masing."

Niura mengangguk, tidak ingin membicarakan lebih lanjut, lagipula waktunya sedang mepet. "Kek, apakah kakek mau membantuku ... eum ... me–menambahkan unsur Bijih Besi Skana ke dalam Pedang Blood Ultimaku?" tanyanya langsung.

Princess of Rainbow Element [Repost]Where stories live. Discover now