9. Hutan Gaxia

12.7K 1.8K 20
                                    

"Arght!" Niura meringis. Ia berhasil kembali ke daratan dengan cepat karena ia diusili tiga ekor paus besar yang menggiggit kakinya. Untung saja Qixua berhasil mengurung mereka dengan cepat.

Saat ini Niura berada di ujung hutan Gaxia. Ia berjalan perlahan memasuki hutan tersebut karena kakinya yang belum sembuh. Melewati bebatuan runcing dipenuhi rumput-rumput belukar tidak membuatnya lengah. Ia mengambil belati di lehernya untuk berjaga-jaga.

Merasa lapar, Niura mencari sesuatu di huntan ini untuk bisa ia makan. Mengernyitkan alis, "Kenapa tidak ada buah-buahan sedikitpun?" rintihnya saat melihat ke seluruh arah nmun tidak ada buah-buahan sama sekali.

"Aku harus menahan lapar. Percuma saja jika aku menggunakan trisula, karena pada dasarnya ... trisula hanya bisa digunakan di dalam laut gaxia," ucapnya sambil memegang perutnya yang lapar.

Di tengah-tengah perjalanan, tiba-tiba saja tubuh Niura bergetar hebat. Ia terjatuh sembari memegang erat lehernya yang terasa seperti sedang dicekik tanpa ampun. Cahaya terang muncul di sekelilingnya, lalu menghilang seketika. Tepat saat cahaya itu menghilang, rasa sakit yang Niura rasakanpun menghilang bersamaan. Namun ... sesuatu yang aneh terjadi. Biasanya setiap ia berjalan di hutan, ia akan merasa santai dan biasa-biasa saja, tapi kali ini ia bergidik ngeri karena hewan-hewan spiritual beast bisa ia lihat dengan jelas.

Tiba-tiba saja kepalanya derdengung, biasanya jika seperti ini ... itu tandanya ada seseorang yang mengajaknya bertelepati.

"Si-siapa?" tanya Niura pada seseorang yang bertelepati dengannya.

"Xiao'er, maafkan ibu karena tidak bisa melindungi mu saat ini. Perisai yang telah ibu berikan padamu telah pudar dan sekarang, kau bertahanlah dengan kekuatan mu sendiri," ucap seseorang dengan nada sedih yang bertelepati dengannya, permaisuri Xiao Mei.

"Tapi kenapa, Bu?" jawab Niura bingung.

Namun, setelah menunggu lama, permaisuri tidak juga menjawab pertanyaannya. Dengung di kepalanya pun telah mereda, menandakan telepati telah berakhir.

"Kenapa? Kenapa semuanya terjadi disaat yang tidak tepat?!" Teriaknya dengan tubuhnya yang bertekuk lutut di tanah dan lengannya yang terus memegang perutnya, sakit. Sadar bahwa perisai pelindungnya telah hancur, maka ia harus berhati-hati dengan para hewan spiritual beast yang berada di sekitarnya.

Di sebuah bebatuan besar yang sangat tinggi, terdapat seekor Ballack besar berkepala naga berwarna ungu terduduk di atas bebatuan itu. Memandang gadis remaja yang tengah meringkuk kesakitan di hadapannya tanpa menyadari keberadaannya.

Matanya menajam seperti mengintimidasi mangsa yang sangat ia incar.

"Manusia lemah, akhirnya perisaimu telah hancur ... selama enam belas tahun rajaku gelisah karena kelahiranmu dan kepergian dewi laut, akhirnya kau datang sendiri ke hadapanku. Penantianku tak sia-sia ... hahaha!" Tawa kejam keluar dari mulutnya, tangannya yang penuh dengan cakar dan kutil yang menjijikan membuatnya terkesan ganas.

"Akanku pastikan, kali ini kau tidak akan pernah bisa lolos dariku. Kau ... akan MATI di tanganku! Dan menjadi pengganjal laparku ...." gumamnya pelan merasa bangga atas penantiannya selama ini.

Ballack itu sangat membenci jika rajanya terus dihina oleh penyihir sialan yang mengatakan bahwa suatu saat nanti akan muncul seorang manusia tanpa kultivasi yang akan membawa petaka bagi mereka. Dan itu tidak akan terjadi!

Sedangkan itu, di bawahnya masih berada seorang gadia bernama Niura yang masih meringis kesakitan. Ballack itu lompat tepat di hadapan Niura dengan hasrat ingin membunuh membuat Niura sangat terkejut.

Melihat hewan spiritual sebesar dan semenjijikan ini, Niura memaksakan diri untuk bangsmun dan menjauh. Ia sangat mual dengan tubuh Ballack itu yang dipenuhi kutil walaupun terdapat banyak crystal beast yang sangat berharga di punggungnya. Crystal yang sangat diincar oleh seluruh kultivator dari penjuru dunia.

Princess of Rainbow Element [Repost]Onde histórias criam vida. Descubra agora