1. Jiwa yang lain

25.2K 2.7K 92
                                    

Niura terbangun kala merasakan pusing pada pelipisnya. Ia mengerjapkan matanya perlahan lalu membuka matanya dan pemandangan yang pertama kali ia lihat adalah ruangan dengan desain kuno yang agak luas yang gelap tanpa penerangan kecuali cahaya matahari yang menembus jendela.

Niura langsung terduduk seketika kala menyadari bahwa ini bukanlah kamar kost-nya. Ranjang empuk dengan full kapuk asli. Lantai yang terbuat dari plester semen dengan balutan karpet motif bunga. Tapi ... kamar ini cukup seram. Seingatnya, terakhir kali ia sedang berada di perpustakaan dan ... meninggal. Ah! Yang benar saja? Atau mungkin ada seseorang yang menculiknya?

"Dimana aku? Apakah aku benar-benar telah mati? Siapa yang membawaku ke sini? Tolong jawab aku!" Begitu banyak pertanyaan dalam otaknya, tapi ia harus bertanya pada siapa? Sedangkan ia hanya seorang diri di ruangan ini.

"Lepaskan aku!" Teriak seorang pria dari luar sana. Niura yang kebingungan bertambah bingung kala memdengar jeritan kesakitan tersebut, "Siapa itu?" Tanyanya. Namun nihil, hening yang ia dapatkan.

Niura bangkit dari duduknya lalu berjalan ke arah jendela, perlahan ia membukanya dan...

"Hah! Apa itu? Yang benar saja! Mengapa ini seperti ... cerita novel itu? apakah itu benar-benar para prajurit sungguhan?" Niura segera berlari ke arah cermin besar di dekat pintu dan mematutkan dirinya di cermin. Alangkah terkejutnya ia kala melihat tubuhnya kini tengah memakai Hanfu Tiongkok berwarma pink dan jubah cyan dengan bordiran bunga berwarna gold. Rambutnya tertata rapih dengan gelungan dan satu tusukkan rambut yang menambah kesan anggun.

"Ini kah, aku?" Ia berputar-putar meneliti Hanfu-nya yang sangat indah. "Ini memang aku! Wajahku masih sama, hanya saja lebih putih dan terawat."

"Apakah aku ber-tranmigrasi ke abad pertengahan? Apakah semua cerita di novel itu fakta seluruhnya? Apakah hanya aku saja yang mengalaminya?" Oh tidak, gadis itu terlalu terbawa suasana dengan otaknya yang tak pernah berhenti bertanya.

"Tuan putri! Anda sudah bangun? Oh sukurlah, selama dua bulan anda hanya tergeletak saja dan sekarang anda berdiri di hadapan hamba! Jika Tuan putri tidak bangun mungkin ancaman kaisar akan benar-benar terjadi," ucap seseorang dengan air mata berlinang yang menggantung di sudut matanya dengan penuh kecemasan.

Niura segera membalikkan badannya dan melihat seorang gadis seumurannya dengan mata dan rambut berwarna jingga menghampirinya dengan membawa sapu tangan. Gadis dengan pakaian yang jauh di bawahnya, warnanya agak pudar dan kotor. Siapa dia? Niura yang bingung dengan ucapan gadis itu memandangnya intens.

"Ancaman? Ancaman apa? Dan ... kau? Siapa kau? Beraninya kau memasuki kamar ini!" Tanya Niura khawatir membuat pelayannya membelakkan matanya tak percaya. Bagaimana mungkin? Apakah tuannya kehilangan ingatan?

"Tu-tuan putri ...? Kau, tidak tau siapa hamba?" jawabnya terbata-bata tidak percaya. Tuannya yang lemah-lembut kini membentaknya dan tidak mengenalinya.

"Tuan putri?" Tanya Niura tak percaya, hei! Dia hanya seorang anak kost-an mana mungkin menjadi seorang putri.

Pelayan itu semakin yakin jika tuannya benar-benar kehilangan ingatannya dan ia sangat merasa sedih.

"Apakah aku benar-benar ber-transmigrasi
ke zaman ini? Woah! Sulit dipercaya," ucapnya bahagia karena impiannya terpenuhi dan ada sedikit rasa khawatir karena ia tidak tau apa-apa disini, seperti orang bodoh tepatnya.

"Za-zaman ini? Putri ... ka-kau? Telah hilang ingatan?"

Hilang ingatan? Hei jelas ia sangat ingat masa kecilnya dulu hingga kematiannya dan ia bahkan tau kalau ia telah menjelma menjadi seseorang yang berbeda di abad yang berbeda pula.

Princess of Rainbow Element [Repost]Where stories live. Discover now