52. Kelas Sosial Penelitian

6K 914 47
                                    

"Ini adalah ruang makan khusus murid," jelas Meilan seraya menunjukkan tempatnya. Mereka telah tiba di ruang makan.

"Wow!" Liwei merasa takjub saat melihat sebuah ruangan yang sangat luas dengan banyak lentera yang menggantung menghiasi langit-langit ruangan. Interior dan dindingnya terbuat dari jejeran kayu jati yang mengkilap dan jendelanya yang diapit oleh dua macam kayu bambu tua.

"Benar!" timpal Yihua menyetujui. Ia memandang sekelilingnya dengan takjub.

Niura dapat melihat ada satu meja panjang tempat di mana para pekerja bagian pangan meletakkan banyak makanan dan minuman di sana. Beralih menatap ke arah kiri, di mana ratusan meja dan bangku panjang berjajaran dengan rapi. Beberapa murid duduk di salah satu bangku sambil menikmati makan siang mereka. Tidak ada yang memakai seragam hari ini karena masih hari libur. Beberapa anak memakai hanfu khusus untuk berolahraga. Sepertinya mereka baru saja berjogging.

"Putri Xiao Li?" Niura sedikit terkejut saat dua orang murid perempuan menghampiri mereka dan menanyakannya. Detik berikutnya mereka menyapa Meilan dan Meilan membalasnya hangat.

"Oh, ternyata kau mengenalnya?" tanya Meilan setelah menjawab sapaan gadis itu.

Salah satu gadis itu mengangguk membenarkan. "Tentu saja. Dia 'kan mariam tahun ini dengan peringkat pertama, apalagi dia seorang putri dari Quon. Benar 'kan? Setelah melihat langsung, kurasa dia tidak seperti rumor yang beredar," ungkapnya dengan berhati-hati. Ia takut jika ucapannya salah.

"Akupun berpikir begitu," lanjut gadis lainnya.

Meilan mengangguk mengerti. Detik berikutnya ia mempersilahkan kedua gadis itu untuk duduk di sebelahnya lalu mengalihkan pandangannya menatap Niura, Yihua dan Liwei yang masih terdiam dengan senyuman manisnya seperti biasa. "Xiao Li, Liwei, Yihua, ... perkenalkan mereka berdua adalah teman sekamarku. Dan kalian berdua, mereka bertiga adalah adik tingkat kita," jelasnya memperkenalkan.

Gadis berambut abu-abu itu tersenyum, "Aku Hang Junsu, bisa dipanggil Junsu," ucapnya dengan dibalas anggukkan oleh Niura dan lainnya.

"Dan aku Xie Mo," lanjut gadis satunya yang memiliki warna rambut dan mata Nila.

Setelah berkenalan dan berbasa-basi. Akhirnya salah satu pekerja pangan meletakkan enam makanan dan minuman di meja. "Semuanya enam koin emas," ucap pekerja itu dan semuanya langsung memberikan satu buah koin emas.

"Terimakasih, semoga kalian menyukainya ...." Dan pekerja itu akhirnya kembali bekerja.

Yihua mengerutkan alisnya penasaran. "Apakah kalian tidak merasa ini terlalu mahal?" tanyanya agak kesal. Yah, kalau seperti ini terus dalam satu bulan uangnya akan habis. Uang beasiswa tidak akan cukup.

"Tidak," jawab Niura santai sembari memakan beberapa tusuk daging panggangnya nikmat.

Dan itu membuat kelimanya membelak tak percaya. "Oh, ya, dia 'kan tuan putri, apa boleh buat," puji Junsu yang baru teringat.

Niura mendesah kesal. "Memang. Tapi aku tidak tinggal di istana, dan aku mencari uang sendiri. Sama seperti kalian, aku pun memakai beasiswa, namun untuk uang keseharian ... aku memiliki lebih. Dan ... berhenti memanggilku putri!"

"Ahhh ... ba–baiklah, maafkan aku."

"Hmm."

***

Dini hari kedua telah tiba. Semuanya telah bangun dan berpakaian seragam rapi dan lengkap dengan tangan yang memegang tongkat sihir yang belum mereka ketahui bagaimana cara mengoprasikannya. Semuanya telah bersiap kecuali Niura. Bagaimana tidak, anak itu masih terlelap dan berlibur di dalam mimpi indahnya. Niura seringkali memimpikan hal-hal aneh yang tidak pernah ia duga.

Princess of Rainbow Element [Repost]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang