Part - 19

139 12 0
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم
.
.
.
.

Vote sebelum membaca
Jangan lupa komen ya..

Vote sebelum membacaJangan lupa komen ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.

"Kita tidak bisa mengendalikan perasaan kita akan berlabuh pada siapa."

~Fathan Al-Khudzaifi.

***

Fathan menghentikan mobilnya di depan pagar rumahnya yang tertutup.

Ia turun dan membuka pagar rumah lalu kembali masuk kedalam mobil dan melajukannya ke dalam.

Setelah selesai memakirkan mobilnya ke dalam garasi. Ia membuka seatbelt nya dan menatap wajah damai adiknya yang tertidur pulas disampingnya.

Ia ingat bagaimana adiknya menangis tersedu sedu. Hatinya ikut sesak melihat itu, karena ia sangat menyayangi adik kecilnya ini.

Flashback On

"Kamu mau batalin aja perjodohan ini?" Tanya Fathan.

Zahra masih diam dengan mata sembabnya.

Ia masih sesenggukan usai menangis tadi.

"Hmm?" Tanya Fathan lagi yang masih belum ada respon dari adiknya.

Fathan mendesah lesu. Ia tak suka melihat adiknya seperti ini. Ia tak bisa membayangkan betapa hancurnya hati adiknya ketika Mama Papa nya memberitahu akan dijodohkan.

Kala itu ia hanya memikirkan cita-cita tinggi nya yang sebagian besar akan musnah ketika ia menikah muda.

Dan sekarang perihal cinta. Ia telah mencintai sahabatnya sendiri, dan hal itu akan musnah juga ketika ia menikah dengan orang lain.

Fathan menatap adiknya dengan iba. Ia mendekap tubuh adiknya, mengusap punggung bergetarnya pelan.

"Kalo kamu mau batalin perjodohan ini gapapa kok, nanti Abang bantu ngomong ke mereka."

Fathan bisa merasakan gelengan dari Zahra dalam pelukannya. "Kenapa?" Tanya Fathan.

"Ara tau kok kalo ini emang takdir yang harus Ara jalani. Misalnya nanti dibatalin kalo jodohnya Ara tetep kak Revan kan Ara gak bisa milih."

Langit BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang