Part - 38

82 6 0
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم
.
.
.
.

Vote sebelum membaca
Jangan lupa komen ya..

Vote sebelum membacaJangan lupa komen ya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.
.
.
.

"Nak, kamu memang pindah dari rumah ini tetapi rumah mu tetap kami, pulanglah semaumu, pintu rumah selalu terbuka lebar untuk putri papa."

~Ali Afandi.

***

"Assalamualaikum."

"Maaf, Kakak nunggu lama ya?" Zahra menghampiri Revan yang sedang menunggu nya di dekat gerbang dengan duduk di jok motornya.

Setelah kejadian tiga hari yang lalu, tepatnya saat Zahra terkena tumpahan bakso, hari ini ia kembali bersekolah seperti sebelumnya.

Karena dua hari sebelumnya ia tidak masuk sekolah dikarenakan Revan dan Mama Rahma bersikeras melarangnya, dengan dalih tangannya sakit dan harus beristirahat.

Zahra sebenarnya sudah menolaknya dan mengatakan jika ia sudah tidak apa apa dan ingin bersekolah dengan alasan takut tertinggal pelajaran, mengingat ia sudah kelas 12.

Tetapi apalah daya usaha ia menolaknya jika Revan dan Mama Rahma tetap pemenangnya.

"Waalaikum salam."

"Gak kok, Kakak juga baru datang." Ucap Revan dengan membalas uluran tangan Zahra yang hendak salim.

Zahra mengecup punggung tangan Revan yang dibalas usapan pada puncak kepala Zahra.

Setelahnya Revan mengambil helm yang ia letakkan di atas kaca spion dan memakaikannya pada kepala Zahra.

Zahra hanya bisa menahan senyumnya kala perhatian kecil Revan telah menjadi kebiasannya.

Setelah memastikan helm Zahra telah terpasang dengan benar, barulah Revan memakai helmnya sendiri.

Revan naik terlebih dulu dan menurunkan pijakan kaki untuk Zahra.

"Yuk."

Zahra mengangguk dan menaiki motor matic Revan dengan berpegangan pada pundaknya.

Setelah memastikan Zahra duduk dengan benar barulah ia melajukan motornya untuk pulang.

"Kak, jadi kapan kita belanja keperluan barang barang buat rumah?" Tanya Zahra di sela sela perjalanan mereka.

Hari tampak mendung dengan awan hitam yang menggumpal, padahal waktu masih menunjukkan pukul tiga lebih dua puluh menit.

Langit BiruWhere stories live. Discover now