Part - 12

172 14 1
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم
.
.
.
.

Vote sebelum membaca
Jangan lupa komen ya..

Vote sebelum membacaJangan lupa komen ya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.
.
.
.
.

"Mengapa mencintai sesakit ini?"

~Alysha Nazwa Azzahra.

***

"K-kak Revan..?"

Mendengar namanya disebut Revan berbalik badan ia juga terkejut mendapati Zahra sedang berdiri dibelakangnya dengan membawa segelas air.

Dengan cepat ia menyelesaikan cuci tangannya dan tanpa mengucapkan sepatah kata pun ia segera meninggalkan dapur dengan menundukan pandangan.

"Mengapa Kak Revan ada disini?" Gumam Zahra dengan menatap punggung tegap Revan yang meninggalkan dapur.

Ia kembali ke ruang tamu dengan menormalkan raut mukanya setenang mungkin seperti tidak terjadi sesuatu sebelumnya.

Ternyata Zahra mengikuti Revan dari belakang, ia bersembunyi di balik tirai penghubung antara ruang tamu dengan ruang tengah.

Ia masih penasaran mengapa Revan ada di rumahnya, Ia terus memperhatikan setiap gerak gerik Revan. Bagaimana ia fokus menatap buku, mengetik laptop ataupun berbicara.

"Oh jadi dia temannya abang.." Gumam Zahra pelan saat ia menangkap obrolan mereka tentang tugasnya.

Ia hampir lupa jika Revan juga mengambil jurusan kedokteran, tetapi ia tak pernah menyangka jika Revan akan satu kampus bahkan satu fakultas dengan Abangnya.

Ia terus memperhatikan Revan dengan tatapan yang sulit diartikan. Jujur hari ini ia sedikit pusing  menerima beberapa kenyataan baru, ditambah ia juga baru pulih dari sakitnya.

Netranya terus menatap Revan yang notabenya adalah calon suaminya. Zahra tidak munafik sungguh Revan memang sangat tampan.

Tetapi entah mengapa hatinya belum bisa menerimanya, masih ada sahabatnya Arfan di dalam hatinya.

Kurang lebih lima menit Zahra berdiri memperhatikan Revan lalu ia memutuskan untuk kembali ke atas.

Tak lama kemudian Revan pamit untuk pulang, karena sebentar lagi adzan maghrib pasti akan berkumandang.

Langit BiruWhere stories live. Discover now