Part - 28

111 9 1
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم
.
.
.
.

Vote sebelum membacaJangan lupa komen ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vote sebelum membaca
Jangan lupa komen ya
.
.
.
.

"kamu itu sekarang udah jadi tanggung jawab aku. Jadi apapun yang berkaitan sama kamu itu juga berhubungan sama aku, jadi gak usah minta maaf ya."

~Revan Ahmad Al-Farisqi.

***

"Bentar ya, Kakak sholat Isya' dulu."

Revan membuka sweater nya dan mengaitkannya di belakang pintu.

Ia tadi mengenakan kaos hitam polos sebahu dengan memakai sarung hitam dan sweter hitam juga.

Sedangkan Zahra mengenakan gamis berwarna denim dengan hijab segi empat.

"Iyaa kak."

Revan masuk ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu.

Zahra melihat lihat tata letak kamar Revan di rumah militer Ayahnya ini.

Sepertinya Revan sering menginap disini, bisa dilihat di kamar ini lumayan banyak barang barang Revan yang sudah tertata rapi.

Zahra melihat ada sajadah dan peci di meja dengan Al-Qur'an dan kitab kitab tebal lainnya.

Melihat itu Zahra mengambil sajadah dan peci Revan, ia menggelarkan sajadah itu di lantai dengan alas karpet dan meletakkan peci di atas ranjang.

Setelah selesai ia kembali duduk di ranjang menunggu Revan keluar dari kamar mandi.

Ceklek

Revan keluar dengan wajah yang lebih segar. Air wudhu itu menetes dari rambut Revan dengan tatanan rambut yang acak acakan.

Revan tersenyum dan mengambil sisir di meja rias.

Ia menyisir rambutnya setelah itu mengenakan peci nya.

Rukun demi rukun sholat ia lakukan dengan khusyu'. Sampailah di rakaat terakhir, ia membaca dzikir dan sholawat.

Setelah itu ia mengadahkan tangannya lumayan lama dan mengaminkan doa itu.

"Amin."

Zahra ikut mengaminkan doa suamianya.

Revan yang masih duduk di atas sajadah itu menoleh dan tersenyum manis ke arah Zahra.

Ia melipat sajadahnya dan meletakkan kembali ke tempat asalnya.

Revan menghampiri Zahra yang masih duduk di atas ranjang. Ia menyodorkan tangannya yang disambut Zahra dengan mencium punggung tangannya.

Langit BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang