Part - 26

129 10 1
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم
.
.
.
.

Vote sebelum membacaJangan lupa komen ya

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

Vote sebelum membaca
Jangan lupa komen ya
.
.
.
.

"Ikhlasin dia ya, dia udah bahagia sama orang baik pilihan orang tua."

~Fathan Al Khudzaifi

***

Tiga hari berlalu, sesuai rencana hari ini mereka akan menginap di rumah orang tua Revan.

Mereka sepakat akan berangkat setelah sholat maghrib, dan sekarang sudah pukul empat sore.

Zahra sudah selesai mandi dan sholat Ashar, sekarang ia tengah memberi makan dua kelinci nya di belakang rumah.

Sedikit tak rela meninggalkan rumah ini. Tetapi bagaimana lagi, ia sudah sepenuhnya menjadi tanggung jawab Revan dan kewajibannya adalah berbakti kepadanya, termasuk mengikuti kemanapun Revan tinggal.

"Udah?" Tanya seseorang dari belakang, Zahra lantas menoleh ke arah sang empu dan menemukan Revan dengan senyum manisnya.

Zahra mengangguk dan berdiri, tetapi matanya masih terkunci pada dua kelinci nya.

"Masuk yuk," Ajaknya dan Zahra mengangguk menuruti ucapan Revan.

Zahra, Revan, Arfan dan kedua orang tua mereka tengah sibuk membantu Zahra mengemasi segala keperluannya.

Sebelumnya Zahra sudah melarangnya, ia akan mengemasi semua barangnya sendiri, tetapi mereka bersikukuh ingin membantu.

"Dek, buku ini kamu bawa?" Ucap Fathan sembari mengangkat sebuah buku binder berwarna biru langit.

Buku itu adalah buku kenangannya dengan Arfan mana mungkin Zahra meninggalkan benda penting itu.

"Iya aku bawa bang." Zahra mengambil buku itu dan memasukannya ke dalam koper.

Saat semuanya sudah selesai, Revan membantu mengangkat koper Zahra dan membawanya ke arah ruang tamu.

Mereka kembali duduk anteng di ruang keluarga dengan televisi yang menyala.

"Nanti kamu di sana jangan minta pulang loh dek." Canda Mama Rahma dengan mengelus lengan Zahra.

Posisi nya Zahra duduk di sofa tengah tengah antara Mama dan Papa nya. Sedangkan Revan dan Fathan duduk di bawah, tepatnya di karpet berbulu.

"Iyaa mah,"

"Nanti kalau minta pulang, cium aja dia Van." Celetuk Fathan yang mendapat lemparan bantal oleh adiknya.

Langit BiruOù les histoires vivent. Découvrez maintenant