Part - 27

109 10 2
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم
.
.
.
.

Vote sebelum membacaJangan lupa komen ya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Vote sebelum membaca
Jangan lupa komen ya
.
.
.
.
"Masya Allah, jadi gini ya rasanya pacaran halal, maka nikmat tuhan mana lagi yang engkau dustakan. Ya Allah terima kasih."

~Revan Ahmad Al Farisqi

***

"Ehm kak."

Panggil Zahra pada Revan di sampingnya.

Mereka masih dalam perjalanan menuju rumah Revan.

"Hm iya kenapa?" Tanya Revan menoleh sebentar, lalu setelah itu ia menghadap ke depan lagi.

"Mampir ke minimarket depan ya Kak." Zahra berucap dengan pelan, nyaris tak terdengar, tetapi untungnya Revan mempunyai pendengaran yang tajam.

"Mau beli apa?" Tanya Revan membelokkan setir ke minimarket.

Setelah mobil mereka berhenti di parkiran minimarket, Revan menatap Zahra dan membuka seatbelt nya.

"Ehm.." Zahra ingin mengucapkan tetapi sepertinya ia ragu.

"Gapapa bilang aja, biar Kakak yang turun, kamu disini aja."

"......"

Zahra diam dengan menunduk, menautkan jari jarinya.

"Dek."

Deg

Zahra menghentikan nafasnya sejenak, terkejut dengan panggilan itu.

Sudah terhitung dua kali lelaki di depannya ini memanggilnya dengan panggilan itu.

Revan menaikkan alisnya dengan tersenyum bermaksud menyuruh Zahra berbicara.

"Pembalut."

Revan hampir tertawa melihat pipi Zahra yang bersemu merah, ia malu setengah mati mengatakan satu kata itu kepada suaminya sendiri.

Lucu memang.

"Hehe kenapa malu? Merek apa biar Kakak beliin." Ucap Revan dengan memegang tangan Zahra yang terasa dingin.

Entah itu dingin akibat AC mobil atau akibat grogi berdekatan dengan suaminya sendiri.

"Pokoknya Kakak nyari yang warna biru ada tulisannya cool sama yang bersayap."

Langit BiruWhere stories live. Discover now