6.0 | Neglected

3.2K 708 40
                                    

Asahi tahu, tidak ada satu orang pun yang benar-benar peduli padanya.

Hyunsuk yang selama ini terlihat paling peduli saja diam-diam berniat pergi. Apa kakaknya itu pernah sadar bagaimana keadaannya tiap kali ia ditinggalkan?

Jaehyuk yang telah menjadi temannya sedari kecil itu juga mulai terlihat kasmaran, ia sering menghabiskan waktu dengan Yujin. Asahi yakin Jaehyuk akan benar-benar meninggalkan dirinya suatu saat.

Asahi seharusnya paham untuk tidak banyak berharap. Apa juga yang ia harapkan dari orang lain jika ibu kandungnya sendiri telah membuangnya?

Asahi bahkan tak tahu apakah ibunya itu masih hidup.

Sewaktu kecil, bibinya terus mengatakan bahwa ibunya pelacur. Ayahnya yang sekarang juga hanya terpaksa menerimanya dan tak pernah mengakuinya sebagai anak. Tentu saja, karena bisa saja ia memang anak dari laki-laki ibunya yang lain.

Saat kecil Asahi tidak paham dengan kata 'pelacur' itu. Asahi hanya tahu itu sesuatu yang buruk dengan melihat ekspresi jijik sang bibi setiap kali mengucapkannya. Tapi sekarang ia tahu pasti apa maksudnya dan jadi membenci ibunya.

Asahi sudah memutuskan, bahwa baginya sekarang, ibunya itu tak pernah ada.

Lagipula, sejak kecil Asahi terbiasa mengurus dirinya sendiri. Ibunya beralasan sibuk bekerja dan meninggalkan Asahi di rumah bibinya sejak bayi. Sang ibu hanya menjenguk dan membawanya pulang dari rumah bibinya sesekali, itu pun hanya ketika sang bibi mulai muak mengurusnya, atau ibunya lama tak mengirimi uang.

Ah, ibunya itu pun tak begitu memperdulikan keberadaannya ketika mereka sedang bersama.

Baik ibu atau bibinya, mereka berdua sama-sama selalu mengabaikan Asahi. Bibinya juga tak pernah memperlakukannya sebagai keponakan dan sering mengabaikan kebutuhan pokoknya. Ia sering dibiarkan kelaparan hingga kurang gizi.

Asahi juga terbiasa merasakan sakit saat tinggal dengan keluarga bibinya itu. Ia sudah terlalu terbiasa menerima kekerasan yang dilakukan oleh sepupunya saat ia dijadikan buruan ataupun samsak. Tangisan, permintaan ampun, atau permintaan tolongnya hanya percuma. Bibinya bahkan tak berminat untuk sekedar mendengar keluhan perutnya yang keroncongan.

Ya, bibinya itu sengaja melakukannya. Wanita itu memang tak pernah suka mengurusnya.

Asahi tahu dengan jelas bahwa ia tak diinginkan siapapun.

Termasuk juga ayahnya.

Asahi baru diberikan kepada ayahnya itu saat ibunya tak lagi mengirimi uang dan menghilang. Enam bulan lamanya menghilang tanpa kabar, tiba-tiba bibinya menerima pesan singkat yang berisi sebuah alamat tinggal. Pesan itu berasal dari ibunya, yang menerangkan bahwa itu adalah rumah ayah kandung Asahi.

Sang bibi yang telah 'sangat sabar' menunggu selama enam bulan lamanya pun tak mau repot menampung Asahi lebih lama lagi. Tak mau rugi juga dengan membuangnya begitu saja, bibinya memutuskan akan mengirim Asahi ke alamat tersebut sekaligus meminta uang ganti rugi atas jasa memberi makan Asahi yang ditunggak ibunya berbulan-bulan.

Asahi yang baru berumur empat setengah tahun saat itu bingung ketika diminta mengemasi seluruh pakaiannya. Ia berniat menanyakan alasannya pada sang bibi, namun terlampau takut. Bibinya itu bukan orang yang suka mendengarkan ucapan atau pertanyaan apapun darinya.

Sejak dulu, bibinya tak pernah suka setiap kali Asahi bertanya, meski anak itu sekedar menanyakan apakah ia sudah diizinkan makan atau belum. Bibinya selalu sebisa mungkin melarang Asahi bicara. Wanita itu bahkan tak segan menjejali mulutnya dengan sabun batangan saat Asahi bersuara.

Tapi kali itu, Asahi tak bisa menahan diri untuk bertanya kemana ia akan dibawa, bibinya belakangan selalu menakutinya tentang panti asuhan dan rencana pembuangannya. Namun, tanpa disangka, bibinya saat itu langsung menjawab dengan tenang bahwa ia akan diberikan ke ayahnya.

Di saat itu, Asahi baru mengetahui bahwa ia juga memiliki ayah, sama seperti sepupunya, sama seperti anak-anak lainnya.

Asahi pikir ia akan segera bahagia karena akan memiliki ayah. Tapi nyatanya, ia ditimpa kenyataan tentang seorang ayah dan keluarga yang jauh dari ekspetasinya.

Ia seharusnya tahu itu, ia harus belajar kalau tidak mungkin ada orang lain yang akan benar-benar senang dengan keberadaannya. Ia seharusnya menerima kenyataan itu.

***

Sloth Bear | AsahiWhere stories live. Discover now