26.0 | Secret

2.2K 447 46
                                    

Asahi mulai meletakkan beberapa piring dan menata meja makan di depannya. Ia tak memasak banyak malam ini, hanya untuknya, Yedam, Jeongwoo, dan Hyunsuk--kalau anak itu mau. Sandara dan Jihoon berada di rumah sakit karena Junghwan kembali diopname sedangkan ayahnya baru akan kembali pulang saat larut malam, ayahnya pasti telah lebih dulu makan di luar sebelum sampai rumah.

Jeongwoo dan Yedam sudah berada di meja makan itu sedangkan Hyunsuk masih belum menunjukkan tanda-tanda akan turun ke sana. Menyadari gerak gerik Asahi yang terus-terusan menatap tangga rumah, Yedam mulai membuka suara.

"Sudah, tak usah dipanggil, nanti juga dia turun kalau lapar," ucap Yedam, seolah membaca pikiran Asahi.

Asahi yang mendengar itu justru semakin meniatkan dirinya untuk memanggil Hyunsuk dan mulai beranjak menuju lantai atas. Mengabaikan Yedam yang sekarang hanya mengembuskan napas lelah. Dasar batu, umpatnya dalam hati.

Asahi kini berada di depan kamar Hyunsuk.

Sedari tadi tangannya ragu untuk mengetuk pintu dan di saat yang bersamaan ia juga entah kenapa merasa sangat khawatir dengan sang kakak. Entah, semakin Hyunsuk menunjukkan rasa benci terhadap dirinya, semakin Asahi khawatir dan merasa bersalah pada kakaknya itu.

Baru saja Asahi memantapkan hati untuk mengetuk pintu, tiba-tiba suara bantingan benda pecah belah terdengar dari dalam. Suara itu terdengar beberapa kali dan membuat panik Asahi. Hyunsuk mungkin sedang kambuh lagi, pikirnya.

Ketukan pintu dan panggilan Asahi yang tidak digubris membuat dirinya tak lagi bisa menunggu dan segera membuka pintu itu.

Di dalam sana, Asahi mendapati kamar itu telah sepenuhnya berantakan, pecahan-pecahan kaca dan benda-benda lain secara acak berserakan di mana-mana. Asahi kini menatap sosok Hyunsuk yang berdiri di depan cermin kamar. Anak itu menggenggam sebuah barang dengan satu tangannya di hadapkan pada benda itu.

Itu cutter.

Asahi lekas berlari ke arah sang kakak dan merebut paksa benda tersebut. Ia segera berjalan mundur dari Hyunsuk.

Hyunsuk berteriak padanya, memaksa Asahi mengembalikan benda itu.

Asahi yang kini gemetar tetap tak peduli, ia menolak dan menggeleng dengan keras, namun Hyunsuk dengan napas yang naik turun semakin lama semakin mendekat padanya.

Sebelum Hyunsuk benar-benar meraihnya, Asahi mulai mengangkat tangan dan lekas mengarahkan benda tajam itu ke arah lengan.

SRETT!

SRETT!

Asahi menyayat lengannya sendiri, dua kali, tepat di hadapan wajah Hyunsuk.

Darah segar itu kini mulai mengalir dari tangan Asahi seiring dengan air matanya yang juga ikut tumpah.

"APA YANG KAU LAKUKAN?!" bentak Hyunsuk, terkejut dengan apa yang dilihatnya.

"Lebih baik Hyung membunuhku saja daripada kembali melakukan itu. Hyung mau apa? Mau menyakiti dirimu? Lakukan itu padaku saja, Hyung mau aku mati? Aku akan melakukannya untukmu, tapi berhentilah seperti ini."

Hyunsuk tertegun di tempat, memandangi Asahi dengan berbagai perasaan yang tak lagi bisa ia pahami.

"ASAHI!"

Itu Yedam. Yedam lekas masuk ke dalam dan merebut cutter dari tangan Asahi, ia menarik anak itu keluar dari sana.

***

Hidup di tengah-tengah keluarga yang rumit membuat Yedam tak bisa menghindarkan dirinya dari stres. Orang lain mana tahu sekeras apa ia merahasiakan perasaannya itu selama ini. Yedam selalu berusaha menjadi penengah di antara saudara-saudaranya dan menjadi anak yang patuh untuk ayahnya, ia tak ingin menambah-nambah masalah keluarganya yang telah cukup bertumpuk.

Sloth Bear | AsahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang