40.0 | Restless

1.6K 359 109
                                    

Hyunsuk sudah seperti mayat hidup. Enam hari pemuda itu tak meninggalkan rumah sakit, selama itu juga ia tak mengurus dirinya sendiri. Tak terhitung berapa kali dirinya melupakan makan, tidur, hingga mandi. Yang ada dipikirannya hanyalah Asahi-sang adik.

Pemuda berkulit pucat itu kini tengah di depan kamar rawat inap adiknya, enggan beranjak meski telah empat puluh menit duduk di bangku. Badannya tak bergerak, sedang netranya hanya memandang lurus. Tak ada nyawa dari mata sembab itu, seolah jiwanya telah hilang separuh.

Kini, kuku-kukunya juga tak berhenti menggaruk bekas sayatan di lengan yang mulai kembali berdarah, ia tak peduli jika lukanya semakin parah.

Dirinya sedang cemas. Berbagai hal tengah memenuhi kepalanya.

Polisi, social service, hingga wartawan tak berhenti datang selama seminggu ini. Entah headline apa yang akan media-media itu pasang untuk tragedi keluarganya, yang pasti ia sudah membenci itu dengan hanya membayangkannya.

Ia tak suka anggota keluarganya diliput, ia tak nyaman dengan kehadiran orang-orang tersebut.

Ah, belum lagi para polisi dan social service itu. Mereka telah membawa anak-anak Sandara, ia takut Asahinya akan dibawa juga.

Social service telah membawa Jeongwoo ke foster care sejak lima hari yang lalu, sedangkan Junghwan menyusulnya lusa kemarin karena kondisinya baru stabil. Mereka dipaksa dibawa ke sana karena keadaan psikis Sandara sekarang sangat buruk. Polisi dan social service berasumsi bahwa wanita itu tak memungkinkan untuk mengurus anak-anaknya.

Sandara mengalami guncangan mental berat setelah siuman, terlebih saat ia mengetahui bahwa anak sulungnya dipenjara dan suaminya mati di tangan anaknya sendiri.

Ia baru saja kehilangan anak keduanya yang bunuh diri dengan tragis, dan kini ia harus menghadapi hal naas yang lain. Tentu saja wanita itu sangat terguncang dengan semuanya.

Sekarang, Sandara telah dipindahkan ke rumah sakit jiwa untuk mendapat perawatan, sedangkan foster care dibiarkan mengambil alih pengasuhan anak-anaknya sementara.

Hyunsuk juga hampir saja ikut dibawa ke sana, tetapi pamannya tiba-tiba datang menemuinya dan meyakinkan social service serta polisi bahwa ia adalah kerabat yang bisa mengurus Hyunsuk.

Pamannya itu adalah adik dari ayahnya yang pernah Bibi Yoon ceritakan. Dia laki-laki yang turut andil dalam kehancuran rumah tangga ayah dan ibunya.

Kini Hyunsuk tahu kenapa ia tak pernah mengingat pamannya itu. Pamannya telah pindah ke luar negeri dan sengaja tak kembali ke Korea Selatan lagi sejak Chaerin-ibunya meninggal. Pria itu merasa bersalah. Setidaknya itulah pengakuannya.

Pria bernama Choi Jiyong itu langsung terbang dari Austria saat kasus KDRT dan pembunuhan kakaknya muncul di laman berita. Ia seketika menemui keponakannya. Bukan hanya untuk menyampaikan bela sungkawa, tapi juga untuk mengutarakan seluruh penyesalan.

Hyunsuk seakan mati rasa karena tak menujukkan amarah maupun kebencian untuk adik ayahnya itu. Rasanya ia sudah terlalu lelah membenci semua orang.

Karenanya, ia hanya menerima mentah-mentah permintaan maaf sang paman. Ia juga menerima saat pria itu mengajukan diri untuk membantunya mengurus berbagai hal, dari mulai urusan pengkremasian jenazah ayahnya, masalah asuransi, hingga hal-hal yang berkaitan dengan notaris.

Meski Hyunsuk tetap harus terlibat langsung dalam mengurus beberapa hal, setidaknya sang paman membantunya untuk membuat urusan-urusan itu selesai lebih cepat. Ia bersyukur untuk itu semua.

Sekarang, ia jadi bisa kembali fokus menjaga Asahi di rumah sakit. Ia tak mau jauh dari adiknya itu lagi, ia ingin ada di sana saat adiknya bangun dari koma nanti.

Sloth Bear | AsahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang