44.0 | Seperate

1K 190 22
                                    

Yoshi menutup bagasi taksi yang sudah terisi koper. Ia lantas menghampiri ibunya yang berdiri di samping taksi.

"Eomma, bukankah keretanya berangkat pukul tujuh?" tanya Yoshi. Ia mulai mengecek jam di tangannya. "Sekarang sudah pukul enam lewat dua puluh."

"Hm."

"Aku akan panggil mereka lagi."

Yoshi hendak kembali ke dalam rumah, tapi Yuri menahannya. "Tak usah. Kita tunggu saja."

Yoshi pun mengangguk. Ia berdiri menunggu sambil sesekali melirik ibunya.

Ia lantas mulai bertanya, "Apakah tadi sore Eomma benar-benar menemui Bibi Hana?"

Yuri mengangguk. "Hm."

"Eomma bicara apa saja dengannya?" tanya Yoshi.

Selama beberapa saat Yoshi menunggu jawaban ibunya, tapi sang ibu terlihat bergeming. Ibunya itu seolah tenggelam dalam pikirannya sendiri.

Yoshi tahu hubungan antara ibunya dan sang bibi tidak baik, apalagi ditambah dengan permasalahan yang terjadi sekarang. Pertemuan keduanya di rumah sakit kemungkinan tak berjalan baik juga.

Ia pun kini menggaruk tengkuknya. Ia jadi merasa tak enak, seharusnya ia tak perlu bertanya.

"Katamu, kaki Asahi dibenturkan ibunya. Bukankah keadaan kakinya jadi semakin buruk sekarang?" tanya Yuri, mengalihkan topik.

"Uhm, Hyunsuk Hyung bilang, dokter sudah menanganinya. Hanya saja proses penyembuhannya mungkin akan menjadi lebih lama sekarang, tapi dia tetap diizinkan pulang dan melakukan rawat jalan."

Yuri mengangguk mengerti.

Yoshi pun melanjutkan. "Tapi aku yakin Asahi akan sembuh lebih cepat karena diurus oleh Eomma, Eomma dulu pernah bekerja sebagai perawat, kan? Eomma pasti bisa merawatnya."

Yuri tak merespons itu dan mulai mengalihkan topik kembali. "Kau akan menginap di rumah berapa lama?"

"Aku hanya membantu Eomma mengantar Asahi saja, aku akan langsung pulang besok malamnya."

"Kau yakin tak mau tinggal beberapa hari dulu?"

Yoshi menggeleng. "Aku harus segera kembali ke sini, aku tak bisa izin terlalu banyak."

Yuri yang mendengar jawaban anaknya itu hanya mengangguk kembali.

"Ah. Itu mereka," ucap Yoshi. Ia menunjuk Asahi dan Hyunsuk yang keluar dari pintu gerbang.

Ia pun lekas menghampiri mereka dan mulai membantu membawakan kardus berisi barang-barang yang dipangku Asahi.

Sementara itu, Hyunsuk lanjut mendorong kursi roda adiknya hingga sampai ke samping taksi, ia pun kini berlutut di hadapan sang adik yang tengah menunduk.

"Kau yakin tak mau kuantar sampai stasiun?" tanya Hyunsuk. "Aku bisa ikut mengantarmu sampai sana."

Asahi tak menatap Hyunsuk dan hanya menggeleng.

"Tapi aku ingin mengantarmu. Kuantar, ya?"

"Dia bilang dia tak mau diantar. Jangan memaksanya," ucap Yuri memotong.

Hyunsuk kini menatap Yuri yang sudah berdiri di belakang kursi roda Asahi.

"Keretanya akan segera berangkat. Kau bisa bantu menggendongnya untuk masuk ke dalam taksi?" tanya Yuri.

"Tu-tunggu sebentar." Hyunsuk segera membuka isi paperbag yang ia jinjing sedari tadi. Ia pun mengeluarkan isinya dan memberikannya pada Asahi.

"Hadiah ulang tahun untukmu," ucap Hyunsuk. "Maaf tak bisa memberikannya tepat di hari ulang tahunmu."

Sloth Bear | AsahiDove le storie prendono vita. Scoprilo ora