14.0 | Hurt

2.9K 585 57
                                    

Asahi memandangi foto pada layar ponselnya. Itu foto sang ibu. Yoshi baru saja memenuhi janjinya untuk mengirim foto Hana malam itu.

'Bibi Hana sangat cantik'

Yoshi menambahkan pesan itu di bawah foto.

Sungguh, apa ia masih peduli dengan paras wanita itu?

Wanita itu telah membuat penderitaan untuk orang lain, wanita itu juga yang menjadi penyebab penderitaannya. Wanita itu yang telah melahirkan dan menelantarkannya.

Asahi tak bisa memiliki masa anak-anak yang normal karena wanita itu, ia tak pernah merasakan bagaimana kasih sayang ayah ibunya, ia telah seumur hidup iri dengan anak-anak yang lain, ia bahkan tak tahu apa orang yang telah melahirkannya itu masih hidup dan masih mengingatnya.

Apa ia masih harus peduli dengan paras itu? Apa ia bahkan masih harus peduli dengan hidup wanita yang disebut ibunya itu?

Ibunya telah merenggut nyawa ibu lain dari seorang anak.

Asahi bersumpah mengharapkan wanita itu tak lagi hidup, setidaknya tidak akan ada lagi orang yang mengalami kesulitan karenanya.

"Wah, daebak, apa itu pacarmu?"

Asahi yang terkejut mendengar itu segera berbalik ke belakang. Ia mendapati Hyunsuk yang telah masuk ke kamarnya dan mengintip layar ponselnya. Asahi yang tengah duduk di depan meja belajar itu segera menyimpan benda yang digenggamnya tersebut.

"Yaa, apa anak kecil ini mulai berpacaran?" Hyunsuk terkekeh dan mulai mengacak surai Asahi, namun anak itu segera menepis tangannya.

"Kenapa Hyung tak mengetuk pintu dulu?"

"Kenapa memangnya? Biasanya juga aku langsung masuk."

Asahi mendengus kasar. "Hyung, aku tahu aku hanya menumpang tinggal di sini, aku tak memiliki hak apapun di rumah ini, tapi bisakah aku meminta Hyung untuk berhenti begitu?"

"Tapi aku hanya--"

"Apakah sulit untuk sekedar mengetuk pintu?"

Hyunsuk menatap Asahi tak percaya. Apa Hyunsuk salah bicara?

"Baiklah aku minta maaf, aku hanya penasaran kenapa kau terlihat serius begitu dengan ponselmu. Dan jangan karena aku memberikanmu ponsel kau jadi tak fokus belajar, aku tidak mau kau begitu."

"Hyung, aku bukan anak kecil lagi. Apa Hyung mau mengambil ponsel ini kembali? Aku akan mengembalikannya sekarang juga."

"Aku tidak bermaksud seperti itu, Asahi. Kenapa kau jadi marah begitu?"

"Menurutmu aku tidak bisa marah? Hanya karena aku tak pernah melawan Appa dan selalu menuruti perintah semua orang di rumah ini, bukan berarti aku tidak bisa marah."

Hyunsuk benar-benar kehabisan kata. Sungguh, ia sama sekali tak bermaksud mengecilkan atau meremehkan keberadaannya. Ia biasa melakukan itu sejak dulu karena telah merasa dekat dengan adiknya. Apa Asahi benar-benar semarah itu hanya karena ia tak mengetuk pintu?

"Baiklah, kau benar, kau sudah bukan anak kecil lagi." Hyunsuk meletakan sebuah kantung plastik di meja Asahi. "Tadi aku mampir membeli itu dulu sebelum pulang karena ingat denganmu. Kau suka itu, kan? Makanlah."

Asahi menatap bungkus plastik di depannya, itu tteokbokki kesukaannya yang sering dibeli Hyunsuk dari kedai di dekat sekolah.

"Aku akan keluar, maaf karena telah mengganggumu," ucap Hyunsuk yang mulai beranjak.

"Hyung, tunggu!" Asahi berdiri dan meraih tangan Hyunsuk.

Hyunsuk mulai menatap Asahi dengan bingung, ia tak tahu apa yang salah tapi wajah anak itu terlihat ketakutan. Kedua tangan anak itu juga mencengkram tangannya sangat kuat.

Sloth Bear | AsahiWhere stories live. Discover now