29.0 | The Breed

2.4K 468 141
                                    

Jika saja orang-orang tahu, bahwa lebih dari siapapun, Hyunsuk lebih membenci dirinya sendiri. Ia tak mengerti kenapa dunia yang ia tempati begitu rumit dan penuh dengan orang-orang keji. Beberapa berusaha membunuh orang lain secara terang-terangan, sedang beberapa yang lain berusaha mendorong orang lain untuk membunuh diri sendiri.

Keduanya sama-sama jahat, Hyunsuk tahu, namun menurutnya ada hal lain dibanding itu yang jauh lebih jahat. Yaitu mereka yang membiarkan orang lain sekarat dan terbunuh perlahan tanpa berbuat apapun meski melihatnya sendiri. Hyunsuk membenci dirinya karena ia adalah salah satu dari orang tersebut.

Ia tahu sejak awal bahwa kematian ibunya bukan hanya salah seorang atau dua orang saja, banyak hal yang terlibat di dalamnya, dirinya sendiri pun bahkan ikut berperan di sana. Hyunsuk masih mengingat sehancur apa dirinya saat Bibi Yoona bercerita bahwa ia sempat melontarkan sumpah serapah pada ibunya sendiri dan membuat ibunya itu semakin putus asa hingga memilih mengakhiri hidup.

Wanita bernama Hana itu bersalah, Sandara bersalah, ayahnya lebih bersalah, dan dirinya juga bersalah, tapi selain itu, seharusnya tak ada orang lain lagi yang berhak ia salahkan, termasuk Asahi. Ia memang anak dari wanita brengsek itu, tapi bukan berarti Hyunsuk boleh begitu saja ikut menyeretnya dalam api kebencian.

Saat melihat Asahi yang hampir dibunuh ayahnya sendiri malam kemarin, Hyunsuk sadar bahwa anak itu masih sama dengan anak yang ia temui pertama kali bertahun-tahun lalu. Asahi masih sama tak berdayanya untuk menghadapi setiap orang, anak itu masih menjadi samsak hidup untuk semua orang atas kesalahan yang bukan salahnya, Asahi sejatinya masih anak biasa yang kesakitan karena orang tuanya. Bagaimana bisa Hyunsuk juga ikut membenci anak yang bahkan terseok-seok untuk hidupnya itu?

Hyunsuk telat menyadari bahwa Asahi tak seharusnya menanggung kebencian dirinya bagaimana pun juga.

Benar apa yang dikatakan Asahi saat dulu, Hyunsuk tak berbeda dengan sang ayah. Ia telah dibutakan amarah dan mulai menyeret orang lain yang tak bersalah untuk ditenggelamkan dalam dendamnya.

Hyunsuk membenci fakta bahwa ia telah salah menaruh benci pada Asahi dan membiarkan anak yang telah terlampau menderita itu makin sekarat di depan matanya sendiri. Ia benci dengan dirinya yang hanya diam melihat adiknya itu hampir tewas di tangan sang ayah. Kalau Jihoon tak segera datang, Hyunsuk mungkin akan menyesal seumur hidup karena membiarkan adiknya yang selalu ia jaga saat dulu itu mati begitu saja tanpa berbuat apapun.

"Hyung."

Hyunsuk yang berdiri mematung di depan pintu kamar Asahi itu lantas menoleh ke asal suara di belakangnya. Matanya kini menangkap sosok pucat Yedam.

"Ada apa? Kau mau menemuinya?" tanya Yedam.

Hyunsuk menggeleng dan mulai menyentuh kening Yedam dengan punggung tangannya.

"Kau panas, apa kau sakit?"

Yedam yang mendapat perhatian dari Hyunsuk itu mulai tersenyum tanpa sadar.

"Aku baik-baik saja, tapi aku tak akan menolak kalau hari ini kau mau mengantarkanku ke sekolah."

Hyunsuk tanpa banyak berpikir segera mengangguk dan mengiyakan itu.

***

"Kuharap sekarang kau mulai sadar kalau Asahi tidak bersalah atas apapun. Di antara semua orang, sebenarnya ayah kitalah yang bersalah atas semua yang terjadi. Asahi, kau, dan kita semua hanya sama-sama korban di sini."

Yedam menghela napas dan kembali melanjutkan. "Kau minum obat-obat psikiatri sejak kecil, Asahi ikut meminum obat yang sama sejak bertemu ibunya, dan aku juga ikut meminum obat sejenis itu. Tapi aku sadar sekarang, siapa yang sebenarnya paling membutuhkan pengobatan."

Sloth Bear | AsahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang