22.0 | The Truth

2.4K 520 42
                                    

Asahi baru saja keluar dari kamarnya. Sejak pagi ia hanya beristirahat di dalam sana setelah mengeluh lemas dan pusing pada Sandara.

Tepat setelah Seunghyun berangkat kerja, anak itu pun segera memuaskan dirinya untuk tidur kembali.

Obat-obatan yang diberi dokter waktu itu entah kenapa berefek tak mengenakan bagi tubuh Asahi selama dua hari ini, ia terus mengantuk dan merasa lemas. Asahi memang tidur terlambat tadi malam, tapi seharusnya ia sudah terbiasa dengan itu, baru kali ini ia merasa benar-benar tak tahan menahan kantuk.

Asahi menyadari ia mulai seperti itu setiap kali ia meminum obatnya, ia juga baru sadar pil-pil yang diminumnya ternyata sejenis dengan obat-obatan yang biasa diminum Hyunsuk, pantas ia tak asing saat pertama kali membaca nama pada label itu.

Selama ini Asahi yang biasa menyiapkan obat-obatan Hyunsuk, ia sudah hafal. Sekarang Asahi tahu kenapa kakaknya membenci itu dan tak pernah bisa untuk meminumnya secara teratur, obat itu memang membuat dirinya lebih tenang, ia juga tak lagi terbangun dari tidurnya saat malam, tapi efek sampingnya terasa tak nyaman dan membuat kepalanya terus terasa berat.

Asahi kini merasakan kering pada kerongkongannya. Ia baru saja hendak memasuki dapur untuk mengambil minum sebelum tiba-tiba Hyunsuk keluar dari sana.

Anak itu tak sedikit pun menoleh ke arahnya saat ia jelas-jelas memanggil berulang kali. Asahi khawatir pada Hyunsuk karena tak menemukannya di meja makan saat sarapan pagi tadi maupun saat makan malam sebelumnya, tapi ia juga tak lagi berani menemuinya ke kamar dan Hyunsuk juga seakan menghindarinya sejak kejadian malam itu.

Sungguh, ia merasa menyesal sekarang. Asahi sadar apa yang telah dikatakannya pada Hyunsuk waktu itu, tapi ia tak benar-benar menginginkan Hyunsuk mengabaikannya seperti ini, ia hanya merasa sangat bersalah dan terlepas mengatakan itu semua. Sekarang Asahi takut menerima kenyataan bahwa kakaknya itu akan benar-benar membencinya, Hyunsuk juga mungkin akan membunuhnya jika semua perbuatan Hana benar-benar terbongkar sewaktu-waktu. Entah, tapi Asahi merasa harus siap untuk itu, Hyunsuk memang berhak untuk melakukan apapun padanya bagaimana pun juga.

Asahi kini memberanikan diri untuk menyusul langkah cepat sang kakak yang hendak membuka pintu untuk keluar rumah. Ia berusaha meraih tangan Hyunsuk, tapi anak itu segera menepis Asahi dengan kasar.

“APA?!”

Asahi terpaku di tempatnya. Ia terbiasa mendapat bentakkan setiap hari, tapi tidak dari Hyunsuk.

Asahi hanya diam memandangi kakaknya itu dengan takut tanpa berani menjawab sepatah kata pun.

Hyunsuk kini berdecak kesal melihat tatapan anak itu dan mulai melanjutkan langkahnya.

“Hyung..”

Asahi berusaha meraih lengan itu lagi. Namun belum sempat tangan itu meraih sepenuhnya, Hyunsuk mendorong tubuh Asahi secara tiba-tiba. Tubuh lemas itu menghantam dinding dan jatuh dengan mudah. Kini Asahi diam-diam mengutuk fisiknya sendiri yang selalu saja lemah.

Sekali lagi Hyunsuk membentaknya dengan keras, tak memperdulikan Asahi yang meringis di bawah sana sambil memegangi kepala belakangnya yang berdenyut sakit, hantaman pada dinding tadi membuat kepalanya ikut terbentur.

“YAA!”

Asahi menoleh ke arah teriakan itu. Itu Jihoon, anak itu berjalan ke arahnya dengan marah dan mulai mendorong kasar Hyunsuk.

“Apa lagi sekarang, hah? Kau tak puas menyakiti adik-adikku? Apa sekarang kau mulai menyakitinya juga?”

“Kenapa? Kau mulai peduli padanya?”

Jihoon diam, masih memandang Hyunsuk dengan marah namun tak juga mampu menjawab.

“Urus saja dia, aku sudah tak peduli lagi.”

Sloth Bear | AsahiWhere stories live. Discover now