35.0 | Regret

3K 501 304
                                    

Upacara pemakaman Yedam telah berakhir dua hari yang lalu. Selama itu juga keluarga Seunghyun tak berhenti larut dalam dukanya.

Sandara hampir tak pernah tidur di kamarnya lagi, memilih untuk berada di kamar Yedam setiap malam sambil menangisi kematian putranya itu.

Dua malam wanita itu terus mendekam di kamar putranya sambil menggenggam selimut milik Yedam. Sandara merengkuh kain itu seolah-olah putranya lah yang ada di pelukan.

Tapi bukan.

Bukan dan tak mungkin lagi ia melakukannya. Putranya itu telah pergi, putranya telah mati.

Sandara kini benar-benar menyesal. Dulu, karena ucapannya, Hyunsuk hampir mati dengan bunuh diri. Kini, putra kandungnya sendiri memilih bunuh diri, Sandara yakin itu juga karena perbuatannya.

Sebagai ibu, seharusnya ia bisa menjadi penguat sang anak di masa sulit seperti itu. Terlepas dari benar atau tidaknya perbuatan yang telah dilakukan Yedam selama ini, ia seharusnya tetap ada di sisi anaknya. Sandara sadar, ia bahkan tak pernah memberi kesempatan Yedam untuk membela diri. Ia dan Seunghyun malah terus menyudutkan anaknya yang telah terpuruk itu serta membuatnya merasa terasing di rumahnya sendiri. Tentu Yedam merasa putus asa dengan semuanya.

Sekarang anak itu benar-benar telah menyerah dan memilih pergi untuk selama-lamanya. Meninggalkan segala penyesalan untuk Sandara dan yang lain.

Ya, bahkan Seunghyun pun sangat menyesal.

Suaminya itu kini bersama Jeongwoo, juga Asahi di ruang keluarga. Junghwan telah tidur lebih awal di kamarnya karena sakit. Sedangkan Jihoon, anak yang sekarang tak pernah bicara pada siapa pun lagi itu juga masih mendekam di kamarnya dan belum keluar sejak pagi.

Seunghyun dan Jeongwoo berada di ruang keluarga itu untuk membaca surat terakhir yang Yedam tinggalkan di kamar Asahi. Ya, Asahi. Karena itulah anak itu juga berada di ruang keluarga. Untuk menyerahkan surat itu pada yang lain.

Sandara juga akhirnya meninggalkan kamar Yedam dan mendudukkan diri di ruang keluarga. Wanita itu ingin membaca surat terakhir putra tercintanya.

Surat itu berisi permintaan maaf dan penyesalan Yedam. Yedam meminta maaf pada Sandara dan Seunghyun karena telah menjadi anak yang mengecewakan. Ia juga meminta maaf pada saudara-saudaranya karena telah menjadi beban mereka selama ini.

Sedangkan untuk Asahi, Yedam meminta maaf karena telah melanggar janjinya untuk dapat bertahan bersama-sama.

Mendengar pesan terakhir Yedam membuat Asahi semakin menundukkan kepalanya dalam. Anak yang tengah berdiri itu tak berani bergerak ataupun menatap keluarganya yang duduk di sofa ruangan itu, mereka masih menangisi surat terakhir dari Yedam yang baru saja mereka baca.

Seunghyun kini mulai bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati Asahi. Pria bertubuh tinggi itu lantas menarik kerah piyama Asahi dengan kasar hingga membuat kaki anak itu berjinjit.

"Botol-botol obatmu ada di kamar Yedam, dia memakan semua itu hingga overdosis. Sekarang surat darinya juga ada padamu." Napas Seunghyun naik turun, pria itu kini mengehentakkan tubuh ringkih Asahi ke dinding di belakangnya. "APA YANG KAU LAKUKAN PADANYA?!"

Seunghyun menatap nyalang anak di depannya. Sedangkan anak dengan tatapan kosong itu tak menjawab apa pun, reaksi yang membuat Seunghyun semakin naik darah. Seunghyun kini memukul kepala Asahi dengan telapak tangannya dan kembali menarik kerah baju lusuh itu saat sang anak mulai terhuyung.

"Kau yang menghasut Yedam untuk bunuh diri, kan?! Kau melakukan itu, sama seperti saat ibumu menghasut Chaerin. Kau yang memberikan obat-obat itu padanya, kan?!"

Sloth Bear | AsahiWhere stories live. Discover now