10.0 | Guilt

2.9K 591 36
                                    

Suasana makan pagi pada rumah besar keluarga Seunghyun kembali tak mengenakan seperti biasa.

Asahi hanya mendengarkan pencakapan-percakapan dingin keluarganya itu dari sudut ruang. Ia belum diizinkan makan karena harus menunggu semua anggota keluarganya selesai makan sambil berdiri di sudut ruangan seperti biasa.

Pagi ini Asahi juga telah kembali pada pekerjaannya membuat sarapan dibantu sang ibu. Ayahnya memang tak pernah mengizinkan Asahi istirahat dari tugas-tugasnya di rumah itu dengan alasan apapun, meskipun terlihat jelas bagaimana kedua kakinya bahkan tak bisa berjalan tanpa terhuyung karena demamnya yang belum turun. Asahi terus merasakan kepalanya seakan berputar karena pusing dan membuatnya sulit melakukan pekerjaan dengan baik.

Sandara, Jihoon, bahkan Hyunsuk juga tak bisa banyak membantah Seunghyun, lelaki itu yang memiliki kuasa penuh di rumah. Mereka menyerah memberi pengertian dan berakhir membiarkan Asahi, selagi anak itu tidak dipukul lagi atau belum benar-benar pingsan.

Sandara memakan makanannya dengan pikiran yang masih membayangkan kejadian beberapa hari lalu, kejadian yang hampir merenggut nyawa dua anak tirinya, tidak hanya Hyunsuk, tapi Asahi yang juga menjadi sasaran kemarahan Seunghyun.

Ia telah menceritakan semuanya dengan jelas pada Jihoon. Putra kandungnya yang paling tua itu memang selalu bisa menjadi tempatnya bersandar, Jihoon juga tak menyalahkannya atas ucapannya pada Hyunsuk hari itu. Anaknya itu juga berjanji akan bersedia bicara pada Hyunsuk untuk menyampaikan penyesalannya.

Sandara terlalu malu atas perbuatannya untuk bisa bicara langsung. Jihoon bersedia membantu ibunya sebagai penyambung lidah karena tak mau sang ibu terlarut pada penyesalan dan berakhir mengalah pada Hyunsuk.

Pada dasarnya, Sandara telah berulang kali berniat menceraikan Seunghyun, namun Jihoon selalu berusaha meyakinkan sang ibu untuk tidak melakukan itu.

Ayah kandung Jihoon bukanlah Seunghyun, Sandara telah menikah sebelumnya. Suaminya meninggal tanpa memiliki asuransi saat Jihoon belum berusia 1 tahun dan meninggalkan banyak hutang di rentenir, Sandara juga hampir dimasukan ke penjara karena tak sanggup membayar itu. Seunghyunlah yang telah membantu Sandara terbebas dari hutang suaminya yang mencapai lebih dari 20 juta won. Jihoon mengetahui cerita itu sebagaimana ibunya selalu menjadikannya tempat berkeluh.

Jihoon tidak ingin ibunya bercerai dan kesulitan lagi karena membesarkan dirinya serta ketiga anak kandung ibunya yang lain seorang diri, ditambah Junghwan, adik bungsunya itu juga butuh pengobatan yang tidak sedikit karena sakitnya. Jihoon juga tak ingin adik-adiknya diambil sang ayah dan dipisahkan dengan ibu dan dirinya. Jihoon merasa sepenuhnya menggantungkan hidup ibu serta adik-adiknya pada sang ayah, karena itu ia akan melakukan apapun untuk mempertahankan keluarganya meskipun itu berarti ia harus menyakiti yang lain.

"Hyunsuk Hyung, makanlah lebih banyak, kau akan sulit membaik dengan porsi seperti itu."

Hyunsuk melanjutkan makan dengan malas tanpa menatap Jihoon yang baru saja bicara padanya.

"Aku akan baru membaik jika ibumu pergi dari sini," ucap Hyunsuk.

Sandara yang mendengar itu segera berdiri dari duduknya, ia berniat meninggalkan ruangan. Namun, tangannya segera ditahan oleh Seunghyun.

"Kau yang pergi." Seunghyun menatap tajam Hyunsuk.

Hyunsuk balas menatap sang ayah dan bergegas pergi menuju kamarnya, dengan senang hati ia melakukan itu.

***

Jihoon kini berada di depan kamar Hyunsuk. Ia memandangi pintu di hadapannya, tak sengaja mengingat kembali kejadian di masa kecilnya.

Sloth Bear | AsahiWhere stories live. Discover now