CHAPTER 1

341 40 7
                                    

ENCOUNTER


***

KKKRRRIIIIIIINNGGG!!!!

Suara bel pertama semester ganjil menggema di seluruh SMA 3.
Seorang pria paruh baya memasuki kelas 11 IPS 1 dengan kemeja berwarna biru laut, tersenyum ramah, namun memiliki tatapan yang tegas.

"Halo, Saya Ferry, saya mengajarkan mata pelajaran Geografi. Dan mulai hari ini, saya adalah wali kelas kalian. Mari kita mulai dengan perkenalan dari masing-masing kalian, lalu kita akan memilih siapa yang mengisi susunan jabatan kelas. Dimulai dari ketua kelas dan wakilnya, bendahara, sekretaris, dan sebagainya. Yuk, mari dimulai, saya akan panggil nama sesuai absen, silahkan selanjutnya yang saya panggil lakukan perkenalan, ya."

"Iya, Pak." Siswa di kelas tersebut menjawab serempak.

Selanjutnya selama setengah jam dilakukan perkenalan dan peresmian isi jabatan kelas. Semua lancar tanpa kendala karena untuk susunan tersebut diisi oleh orang-orang yang sukarela dan telah berpengalaman dalam jabatannya.

Lalu Pak Ferry mengutarakan aturan di kelas yang diwakilkan olehnya itu.
"Ya, perkenalan dan isi jabatan sudah selesai. Dan karena kalian ada di pertengahan tahun masa SMA, kalian masih menjadi junior bagi kakak kelas kalian, tapi juga senior bagi adik kelas kalian yang baru bergabung. Masa pergaulan kalian di SMA dan selanjutnya akan ditentukan di tahun ini. Mari jangan sia-siakan dengan terlalu terpaku bergaul dengan orang yang itu-itu saja. Sekarang, kita ubah sistem tempat duduk kalian. Ini adalah dua toples berisi kertas penentu tempat kalian duduk. Silahkan semua berdiri dari kursi masing-masing dan ambil mulai dari absen pertama. Ambil toples yang bertuliskan gender kalian. Mari mulai."

Suasana kelas mulai gaduh karena ocehan siswa, ada yang mengeluh, ada yang antusias mengetahui akan duduk sebangku dengan lawan jenisnya setahun kedepan, ada pula yang pasrah.

*

Siswa laki-laki cenderung lebih cepat selesai karena tidak terlalu keberatan duduk dengan siapa saja. Berbanding terbalik dengan wanita yang beberapa diantaranya mengeluh dan diam-diam menukar tempat demi dekat sahabat atau lelaki yang disukainya.

Kini tiba giliran Iva, wanita manis berkulit kuning langsat dengan rambut bergelombang itu mengambil kertas gulungan dalam toples.

Semoga gak sebangku dengan trouble maker. Pikirnya sambil memasukkan tangannya ke toples.

Ia mengedarkan pandangannya, menelusuri kursi yang akan didudukinya sambil melangkah perlahan.

Seorang lelaki telah duduk di sana, memainkan ponsel sambil memasang earphone hitam di kedua telinganya. Badannya kecil tapi tidak kurus, dengan rambut hitam yang agak berlawanan dengan kulitnya yang sangat putih dan mulus.

Iva melihat nama yang tertempel di seragam sekolah lelaki itu. Ia duduk di samping lelaki yang tak sedikitpun meliriknya itu. Ekspresinya datar dan tak ramah.

"Hai, Nugi, gue Iva. Semoga kita bisa akur, ya kedepannya." Ucapnya menyapa dengan tersenyum ramah.

Siswa tersebut menoleh beberapa detik. Wajahnya menarik dan lumayan tampan. Matanya kecil, namun tatapannya sangat tajam dan terkesan tak ramah. Ia memiliki garis rahang yang kuat dan tegas seolah dipahat. Alisnya lebat namun rapi, sedikit melengkung ke atas, menambah ketegasan ekspresinya. Hidungnya pun tak terlalu mancung, namun perpaduan yang pas untuk menghiasi wajahnya.
Yang menarik bagi Iva saat itu selain tatapannya adalah bibir agak tipisnya yang terlihat lembut dan berwarna rosy pink seperti wanita, agak bertentangan dengan kesan dingin ekspresinya, namun cocok dengan kulit putih dan mulus miliknya.

THE LOST BOY [ COMPLETED ✅ ]Onde histórias criam vida. Descubra agora