CHAPTER 23

123 30 3
                                    


THE REAL US

"Gue mau bicara."
Iva menarik lengan Nugi yang duduk di sampingnya. "Gi … lo yakin mau cerita hari ini?" Tanyanya cemas.
Nugi mengangguk. "I'm ready."

***

"Sebenarnya, bokap sama nyokap gue udah pisah. Cerai." Nugi mengawali ceritanya setelah mereka selesai makan.

Iva terkejut dengan keterbukaan Nugi yang tiba-tiba ini dan pelan-pelan bertanya dengan pura-pura tak tahu, "Oh gitu. Sejak kapan?"

"Pas gue SMP kelas 2. Ada cewek lain. Terus bokap milih cewek itu dan bawa adik gue pindah ke tempat cewek itu. Nyokap dicerai. Tapi sih bokap tetap biayain gue dan nyokap. Mungkin karena merasa bersalah."

Ketiga sahabatnya mengangguk, ingin jadi pendengar yang baik bagi Nugi.

"Tapi nyokap lo gimana? Baik-baik aja 'kan?" Tanya Bima.

"Nyokap awalnya sedih. Cuekin gue dan terlarut dalam kesedihannya sampai dia jual rumah yang dulu kita tempati, dan buru-buru beli rumah yang ditempati sekarang. Sejak pindah ke rumah yang sekarang sih kondisinya membaik, gak terlalu murung. Mungkin mulai move on. Juga dia sibuk ngurus butiknya. Ya tapi gitu, kita saling cuek, bicara seperlunya. Makan jarang bareng karena dia sibuk di butik sampai malam, apalagi hang out bareng. Tapi gue ngerti, nyokap begitu bukan karena gak peduli sama gue, dia cuma … terlalu kecewa dan ingin menyibukkan diri dengan hal yang dia suka. Maka gue gak menuntut apapun. Kasih sayang, perhatian, dan waktu? Sudah beberapa tahun gak gue rasain lagi dalam keluarga gue."

Iva menggeser duduknya ke samping Nugi menggenggam tangannya yang sibuk meremas jeans-nya, menahan luapan emosi. Lelaki itu pun hanya melirik sedikit, dan membiarkan Iva mengusap tangannya. Tindakan sesederhana itu membuatnya perlahan kembali tenang. 

"Jangan khawatir. Ada kita yang selalu nemenin lo. Oke?"

Nugi mengangguk sambil tersenyum. Tatapan matanya kini mulai terlihat menghangat.

Iva pun melepas genggamannya dan membetulkan posisi duduknya kembali. "Soal Reno?"

Senyum itu perlahan menghilang. Ia menghela nafas berat.

"Pada awalnya, dia sahabat gue yang baik dan asik. Kita bahkan udah sahabatan dari umur 8 tahun." Nugi mengawali ceritanya yang lain. "Reyhan, adik Reno, sering banget ikut gabung sama gue dan Reno. Dia ngikutin gue kemana-mana, karena katanya dia senang dekat sama gue, katanya gue keren dan bisa diandalkan. Dia cerewet dan selalu cerita ke gue tentang masalahnya, gak jarang minta bantuan gue." Nugi tertawa kecil, matanya menerawang mengingat kenangan itu, lalu tersenyum tipis. "Reyhan suatu hari pernah cerita ke gue kalau sebenarnya Reno sering kesal sama papanya gara-gara papanya muji gue terus dan ngebandingin gue sama kakaknya itu. Papanya sering bilang, 'contoh Nugi. Blablabla.' Mungkin itu udah berlangsung sejak lama, tapi gue pikir selama Reno bersikap baik-baik aja sama gue, ya gue akan menganggap kita baik-baik aja. Ternyata rasa iri, terus juga kesal dibandingkan terus sama gue, plus tekanan bokapnya, juga adiknya yang lebih nurut sama gue dibanding dia yang adalah kakaknya. Lama kelamaan semua itu berubah jadi rasa benci. Hal itu rupanya diperparah sama Claudia, cinta pertama Reno, yang suka sama gue."

Ketiga sahabat yang mendengar cerita itu kompak menutup mulutnya. Bagian ini, mereka sama sekali tak tahu.

"Jadi … lo jadian sama cewek itu?" Tanya Myta.

THE LOST BOY [ COMPLETED ✅ ]Where stories live. Discover now