CHAPTER 19

138 29 7
                                    


ATTENTION

***

Senin, Iva tak masuk sekolah karena sakit. Dan Selasa, Juna datang ke rumahnya. Iva menolak menemuinya.

Lelaki itu pun enggan beranjak dari teras rumah Iva sejak pagi hingga langit gelap.
Iva akhirnya menemuinya karena khawatir.

"Ngapain di situ terus? Pulang sana!" Iva mengusir dengan ketus.

Juna yang akhirnya dapat melihat Iva, merasa lega. "Maafin aku. Please, kasih aku kesempatan lagi, Va. Aku udah ninggalin dia."

Iva terdiam. Ingin memaki, ingin memukul Juna, namun juga ingin memeluknya, melihatnya se-depresi ini menunggunya di sejak pagi hingga malam. Tak sekolah, tanpa makan ataupun minum.

"Sekalipun aku kasih kesempatan lagi, gak akan bisa kita kayak dulu lagi. Rasa kecewa aku udah terlalu besar." Ucap Iva tanpa sekalipun memandang wajah mantan kekasihnya itu. Ia takut akan kembali luluh.

"Aku ngerti, Va. Kalau kamu mau pukul aku, mau marahin aku, maki-maki aku tiap hari, silahkan. Kalau itu bisa meredakan kecewa di hati kamu sedikit demi sedikit. Asal jangan berhenti hadir di hari-hari aku, Va. Aku gak bisa kalau gak ada kamu."

Iva melangkah menuju parkiran rumahnya, tak ingin terdengar oleh anggota keluarga yang mungkin menguping di balik kaca ruang tamu rumahnya.

"Gak bisa? Bullshit! Waktu kita break, kamu bisa hidup nyaman dan bahagia tanpa hubungi atau temui aku sekalipun! Dan, kamu sangat menikmati waktu hubungan kita rehat sebelumnya—sama dia."

"Maaf, aku khilaf. Sekarang aku sadar kamu paling berharga di hidup aku." Juna mengulurkan tangan dan memegang tangannya, namun wanita itu menepisnya segera.

Iva menghela nafasnya. "Perasaan aku ke kamu mungkin masih ada, tapi itu gak sebanding dengan kekecewaan aku, Jun. Kasih aku waktu untuk memulihkan luka yang kamu buat. Kamu fokuslah dulu ke pelajaran kamu."

"Iya, Sayang. Aku ngerti, tapi sampai kapan aku harus nunggu?" Juna meraih tangan Iva, yang langsung kembali ditepis olehnya.

"A–aku gak tahu."

Juna terdiam dan menghela nafas lega. Setidaknya, kini ia memiliki harapan, walaupun sedikit.

"Oke kalau itu yang kamu minta. Tapi aku boleh, 'kan chat atau telepon kamu sesekali?"

"Silahkan chat atau telepon sesukanya, tapi aku gak janji bakal jawab."

"Thanks, udah mau temuin aku. Aku tunggu kamu, sampai kapanpun, Iva."

"Sekarang kamu pulang, istirahat sana." Ucap Iva tegas sambil menunjuk ke arah pintu keluar pagar rumahnya.

Juna pun menurut dan menjauh, hendak pergi.

"Jun." Panggil Iva. Lelaki itu berbalik, menatapnya.

Iva mendekat ke arah Juna. Ia berbisik, "Apa kalian pernah ngelakuin … seks?"

Juna menunduk kemudian mengangguk. "Maaf, Va."

"Apa karena itu kamu selingkuh? Karena aku gak bisa kasih itu?"

THE LOST BOY [ COMPLETED ✅ ]Where stories live. Discover now