CHAPTER 13

137 30 0
                                    

BE MINE


"Boleh gue ke tempat persembunyian lo jam istirahat nanti? Gue capek makan gak tenang."

***

Jam istirahat telah dimulai. Saat Iva memasuki gudang, ia menemukan kain yang ia gunakan telah digantikan dengan karpet bulu tebal dan bantal kecil, serta kipas angin ukuran sedang.

Dan Juna telah duduk di atas karpet tersebut sambil tersenyum.

"Wah…" Ucap Iva terkagum-kagum. Ia kemudian duduk di atas karpet tersebut dan memeluk bantalnya.

"Suka?" 

Iva mengangguk sambil tersenyum. "Thanks, Jun."

Dada Juna berdebar entah kenapa melihatnya tersenyum semanis itu dan menyebut namanya. Perlahan wajahnya mulai memerah. "Oke, sama-sama."

"Lo dari kelas mana?" Tanya Iva.

"9-9." 

Iva menutup mulutnya. "Lo kakak kelas? Geez, maaf gue gak tahu. Harusnya gue manggil 'kakak'."

Juna mengibaskan tangannya. "Panggil Juna aja. Jangan panggil 'kakak' segala."

"Oke." 

Iva membuka kotak bekalnya. Bunda membuatkannya udang balado dan omelet telur dan sayur.

"Wah … udang!" Seru Juna mengintip isi bekal Iva yang menatap isi bekalnya sambil berbinar-binar. Persis seperti anak kecil yang melihat mainan yang diinginkannya.

Ia menatap Juna dan bekalnya bergantian. Ia kemudian menghela nafas dan menyerahkan bekalnya. "Karena lo udah menyediakan karpet dan bantal di sini. Ini buat lo aja."

Juna pun menerimanya sambil tersenyum. Ia kemudian melihat Iva minum susu cokelatnya.

"Nih, makanan gue buat lo. Kita barter." Ia mendorong sebuah paper bag cokelat pada Iva. 

"Burger?" Tanya Iva senang.
"Cheese burger." Koreksinya.

"Yay!"

Keduanya makan sambil sesekali mengobrol. 

Juna berulang kali menoleh ke arah ponsel Iva yang menyala karena telepon.

"Gak diangkat? Mungkin penting."

Iva melihat peneleponnya dan sorot matanya berubah sendu. "Biarin aja."

Saat telepon itu mati, Juna melihat wallpaper ponsel Iva bergambar foto wanita itu dan seorang lelaki manis yang merangkulnya. "Dia yang telepon? Cowok lo?"

"Mantan." Koreksinya.

Juna mengangkat alisnya. "Putus baru-baru ini?"

Iva mengangguk. "Sebelum pindah ke sini. Kita sepakat gak bisa kalau LDR. Capek."

"Dan … dia telepon karena bilang kangen?"

Iva mengangkat bahunya.

"Lo mau dia berhenti telepon lo?"

Iva mengangguk. "Biar gue lebih mudah lupain dia."

Telepon kemudian menyala lagi. Juna langsung mengambil ponsel Iva. "Biar gue yang atasi."

"What—"

"Halo, lo siapa? Gue cowoknya Iva. Jangan ganggu dia lagi. Dia gak bisa jawab telepon lo lagi. Oke?" Juna menutup teleponnya.

Ia masih tercengang melihat aksi spontan Juna itu. Namun lelaki itu malah tersenyum puas.

"Dia gak akan hubungi lo lagi."

THE LOST BOY [ COMPLETED ✅ ]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon