CHAPTER 4

177 32 4
                                    

SLOWLY


***

Di rumah Nugi, sebelum berangkat sekolah, keesokan harinya.

"Gimana sekolah kamu, Nak?" Sapa Emily, mama Nugi saat melihat anaknya menuruni tangga hendak pergi ke sekolah.

"Uh … fine, I guess?"

"Kelihatannya kamu mulai punya teman sekarang. Atau … pacar?"

Nugi membentuk garis lurus dengan merapatkan bibirnya.
"Jangankan pacar, teman aja gak ada."

"Kamu bilang sekarang gak duduk sendirian lagi. Ya, 'kan?"

Nugi menggaruk rambutnya. "Iya, sih. Tapi …."

"Tapi apa?"

"Teman sebangku Nugi … cewek."

"Lho, kok bisa?" Mamanya terkejut mendengarnya.

"Wali kelas yang undi."

"Biasanya juga kamu nolak. Dan tetap duduk sendirian."

"Gak bisa, Ma. Susah."

"Gak bisa gimana?"

"Dia … ah pokoknya susah buat pindah duduk!"

Mama Nugi sontak tertawa terbahak-bahak melihat respon anaknya.
"Dia yang bantuin kamu cari buku, ya?"

Nugi mengangguk.

"Tumben kamu ikuti kemauan orang lain."

"Dia maksa."

"Dan kamu nurut. Itu sebuah hal baru. Kamu bahkan susah nurut sama Mama."

*

Sampai di kelas, Nugi duduk di bangkunya dan menghela nafas. Bel memang telah berbunyi, namun guru yang ditunggu belum juga datang.
Ia mengantuk dan menyandarkan kepalanya ke meja dengan bertumpu pada tangannya. 

Kenapa semalam gue harus begadang karena main game, sih?!

Iva kemudian menepuk pelan bahu Nugi. "Kapan kita mau mulai kerja kelompok?" Tanyanya.

"Terserah." Gumamnya masih dengan mata tertutup.

"Hari ini, bisa?"

Nugi pun mengangguk.

"Oke, nanti gue kasih alamat rumah gue. Lo datang jam tiga atau empat sore, ya."

"Hmm."

Iva tertawa diam-diam melihat teman sebangkunya itu.
"Oh, jangan lupa bawa novelnya."

*

Sore harinya,

Bunda menyambut Nugi yang datang sore itu di hari.

"Eh ada tamu, siapa ini, Nak?" Tanya bunda pada Iva.

"Ini Nugi, Bun. Kita mau kerja kelompok Bahasa Indonesia, ada tugas pembahasan novel. Berdua doang kelompoknya. Gi, ini nyokap gue." Iva memperkenalkan keduanya.

Bunda memperhatikan Nugi sambil tersenyum. Lelaki itu menyapa singkat sambil menyalami Bunda.

Iva lalu mengantarnya ke bagian belakang rumah, di sana terdapat teras agak luas yang dipasangi karpet bulu berwarna abu dan sebuah meja pendek, juga terdapat TV layar tipis berukuran kecil dan sebuah playstation seri keempat.
Tempat yang sudah ditata nyaman untuk bersantai dan belajar.

"Tunggu di sini. Gue ambil buku dulu."
Iva langsung menuju ke lantai dua, ke kamarnya. Dan kembali setelah mengambil buku-bukunya di kamar.

"Sorry kalau Bunda cerewet atau kepo, ya. Maklum ibu-ibu." Iva nyengir mengawali pembicaraan.

THE LOST BOY [ COMPLETED ✅ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang